BAB
I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Pada dasarnya setiap organisme di jagat raya ini mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan memiliki arti yang
sangat penting bagi makhluk hidup. Misalnya pada manusia, dengan tumbuh dan berkembang
dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melestarikan keturunannya.
Sewaktu masih bayi, balita, dan anak kecil, manusia memiliki daya tahan tubuh
yang masih lemah sehingga mudah terserang penyakit. Tetapi, setelah tumbuh dan
berkembang menjadi dewasa, daya tahan tubuhnya semakin kuat sehingga
kelangsungan hidupnya lebih terjamin (Dwijoseputro, 1994).
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak
dapat dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan
berarti pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot,
pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel,
banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi
dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel
dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan
akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan
sel (Darmawan dan Baharsjah, 1983).
Selama pertumbuhan,
organisme mengalami proses peningkatan atau pematangan aktivitas organ. Akibat
dari pertumbuhan adalah terjadinya pertambahan penjang, lebar, diameter, dan
dengan secara pasti akan diikuti pertambahan berat organisme (Puspitasari,
2011). Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.
I.
2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya
percobaan ini adalah untuk mengamati pertumbuhan daun ketika dalam masa embrio
pada biji kacang merah Phaseolus
vulgaris.
I.
3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 11 Oktober 2012 pukul 14.00 sampai 16.00 WITA di
Laboratorium Biologi Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan selama 10 hari pada hari
ke- 3, 6, dan 10 dari di belakang Himpunan Mahasiswa Biologi.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada dasarnya semua makhluk hidup di dunia ini mengalami
pertumbuhan dan perkembangan, setiap makhluk hidup selalu mengalami
pertumbuhan, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pada dasarnya
pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan yang bersifat irreversible, artinya
hanya berjalan ke satu arah. Adapun perkembangan adalah proses menuju
kedewasaan, maksudnya suatu makhluk hidup akan tumbuh dari kecil menjadi besar.
Sejalan dengan itu, juga terjadi kematangan alat-alat perkembangbiakan (Dwijoseputro, 1994).
Periode pertumbuhan tiap jenis tumbuhan berbeda, namun semua
diawali dari proses yang sama, yaitu perkecambahan. Perkecambahan adalah
munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil
pertumbuhan. Embrio yang terdapat did lam bijimempunyai beberapa bagian, antara
lain embrio akar (radikula), embrio daun (plumula), embrio pucuk (epikotil) dan
embrio batang (hipokotil). Proses perkecembahan diawali ketika biji menyerap
air (imbibisi) (Salisbury dan Ross, 1995).
Ada dua tipe perkecambahan, yaitu (Lakitan, 2007):
a. Epigeal, jika ditandai plumula muncul di atas permukaan
tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah. Biasanya ditemukan pada
tanaman dikotil.
b) Hipogeal, jika
ditandai plumula dan kotiledon muncul di permukaan tanah. Biasanya ditemukan
pada tanaman monokotil
Pola
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan (berbiji dikotil dan monokotil) ada 4 yaitu (Salisbury
dan Ross, 1995) :
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Awal
Pertumbuhan
awal dimulai dari sebuah biji yang didalamnya mengandung satu embrio. Embrio
terdiri atas radikula yang akan tumbuh menjadi akar dan plumula yang akan
tumbuh menjadi kecambah.
2. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Memanjang
Pertumbuhan
tumbuhan hanya berlangsung pada bagian tertentu yang mengandung sel merismatik
sehingga mengalami perpanjangan misalnya ujung akar dan ujung tajuk (pucuk),
kambium pembuluh, nodus monokotil, dan dasar daun pada tumuhan rumput yang
terjadi sebelum perkecambahan dan disebut pertumbuhan primer.
3. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Melebar Pada Akar dan
Batang
Pertumbuhan
melebar adalah terjadinya pelebaran pada beberapa bagian tumbuhan antara lain
cambium pembuluh, nodus monokotil, dan dasar daun tumbuhan rumput yang terjadi
setelah perkecambahan dan disebut pertumbuhan sekunder.
4. Pola
Pertumbuhan dan Perkembangan Tahunan
Dalam
pertumbuhan tahunan, setiap tahunnya terbentuk sebuah cincin (limgkaran) yang
terbentuk dari pembuluh xylem. kambium intervaskuler
akan tersambung dengan kambium intravaskuler yang membentuk suatu lingkaran
konsentris, bentuk lingkaran konsentris pada tumbuhan dikotil sering disebut dengan lingkaran tahun.
Secara
garis besar pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibagi dalam 3 (tiga) fase,
yaitu (Faeth, 2010):
a. Fase Embryo
Fase
yang dimulai dari pembentukan zygote sampai terjadinya embrio, yang terjadi di
dalam bakal biji (ovule). Dari zygote diikuti dengan pembelahan sel sesudah itu
terjadi pengembangan sel. Fase embryonis tidak terlihat secara nyata (tidak
tergambar dalam kurve) dalam pertumbuhan tanaman, karena berlangsungnya di
dalam biji.
b. Fase Muda (Juveni)
Fase
yang dimulai sejak biji mulai berkecambah, tumbuh menjadi bibit dan dicirikan
oleh pembentukan daun – daun yang pertama dan berlangsung terus sampai masa
berbunga dan atau berbuah yang pertama. Perkecambahan merupakan satu rangkaian
yang komplek dari perubahan-perubahan morfologis, fisiologis, dan biokimia.
Proses perkecambahan meliputi beberapa tahap, yaitu imbibisi yaitu proses
penyerapan air oleh benih sehingga kulit benih melunak dan terjadinya hidrasi
dari protoplasma, perombakan cadangan makanan di dalam endosperm, perombakan
bahan-bahan makanan yang dilakukan oleh enzym. ( amilase, protease, lipase),
karbohidrat dirombak menjadi glukosa, gibberellin mengaktifkan produksi enzim
amilase, embrio menyerap air dan proses perkecambahan dimulai, gibberellin
berdifusi dari embrio menuju lapisan aleuron, sel-sel dalam lapisan aleuron
merespon dengan melepaskan enzim pencerna seperti amilase, enzim mencerna pati
di dalam emdosperm menjadi gula dan molekul lain yang diperlukan embrio untuk
tumbuh.
c. Fase Menua dan Aging (
Senil/Senescence )
Beberapa
faktor luar dapat menghambat atau mempercepat terjadinya senescence, misalnya
penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya
senescence daun, penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence
tanaman, pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu,
berakibat menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence.
Faktor
yang mempengaruhi terjadinya pertumbuhan yaitu (Meutya, 2011):
A. Faktor
Ekstern
1) Air dan Mineral berpengaruh pada pertumbuhan
tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat
atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
2) Faktor Kelembaban /
Kelembapan Udara, kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana
tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang
akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
3) Suhu di antaranya mempengaruhi kerja enzim.
Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu
optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan. Tinggi rendah suhu menjadi
salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga
kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22
derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau
kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat
atau berhenti
4) Faktor
Cahaya Matahari, sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat
melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman
kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna
tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari
dapat menghambat proses pertumbuhan.
B. Faktor
Intern
Faktor internal adalah segala
pengaruh/faktor yang berasal dari tanaman itu sendiri yaitu meliputi gen dan
hormon.
a. Gen
Gen merupakan
dasar faktor internal yang paling tidak bisa ditawar karene setiap mahluk
hidup tentu saja memiliki gen yang berbeda satu sama lain. Gen merupakan unit
pewarisan sifat bagi organisme hidup. Bentuk fisiknya adalah urutan DNA
menyandi protein, polipeptida atau seuntaian DNA yang memiliki fungsi bagi
organisme yang memilikinya.
b. Hormon
Hormon
adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme
multiselular, termasuk tumbuhan memproduksi hormon, hormone berpengaruh besar
pada pertumbuhan tumbuhan. Dalam pertumbuhan ini peran hormon ini sangatlah penting
karena sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu tumbuhan. Berikut adalah daftar
hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Beberapa hormon yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu (Heddy, 1996):
1.
Auksin
Auksin merupakan senyawa asam asetat
dengan gugusan indol dan derivat-derivatnya. Pertama kali auksin ditemukan pada
ujung koleoptil kecambah Avena sativa. Pusat pembentukan auksin
adalah ujung koleoptil (ujung tumbuhan). Fungsi auksin, yaitu, Merangsang
perpanjangan sel, merangsang pembentukan bunga dan buah, Merangsang pemanjangan
titik tumbuh. Mempengaruhi pembengkokan batang.Merangsang pembentukan akar
lateral.Merangsang terjadinya proses diferensiasi.
2. Gibberellin
Gibberellin merupakan hormon yang
pertama kali ditemukan pada jamur Gibberella fujikuroii yang
parasit pada tumbuhan padi. Ditemukan oleh Kuroshawa pada tahun 1926. Fungsi
gibberellin, yaitu Merangsang pembelahan sel kambium.Merangsang pembungaan
lebih awal sebelum waktunya dan Merangsang pembentukan buah tanpa biji.
3. Sitokinin
Sitokinin merupakan kumpulan senyawa
yang fungsinya mirip satu sama lain. Fungsi sitokinin yaitu Merangsang proses
pembelahan sel. Menunda pengguguran daun, bunga, dan buah. Mempengaruhi
pertumbuhan tunas dan akar. Dan Meningkatkan daya resistensi terhadap pengaruh
yang merugikan pada tumbuhan. seperti suhu rendah pada lingkungan, infeksi virus,
pembunuh gulma, dan radia
4. Gas Etilen
Gas etilen merupakan hormone tumbuh
yang dalam keadaan normal berbentuk gas. Fungsi gas etilen, yaitu:
a.
Membantu memecahkan dormansi pada tanaman, misalnya pada ubi dan kentang.
b. Mendukung pematangan buah.
c. Mendukung terjadinya abscission (pelapukan)
pada daun.
d. Mendukung proses pembungaan.
5. Asam Absisat (ABA)
Asam absisat merupakan hormon tumbuh
yang hampir selalu menghambat pertumbuhan, baik dalam bentuk menurunkan
kecepatan maupun menghentikan pembelahan dan pemanjangan sel bersama-sama.
Fungsi asam absisat, yaitu:
a. Menghambat perkecambahan biji.
b. Mempengaruhi pembungaan tanaman.
c. Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian.
d. Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi.
7. Asam Traumalin
Bila tumbuhan terluka, luka tersebut
dapat diperbaiki kembali. Kemampuan itu disebut restitusi atau regenerasi.
Peristiwa ini dapat terjadi karena adanya asam traumalin (asam traumalat)
DAFTAR
PUSTAKA
Darmawan dan Baharsjah, 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta.
Dwijoseputro, D.,
1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanaman.
Gramedia, Jakarta
Faeth,
Stanley H., 2010. Reduced Wind Speed
Improves Plant Growth in a Desert City. National Science Foundation,
Arizona.
Heddy, S., 1996. Hormon Tumbuhan. P.T. Raja Grafindo, Jakarta.
Lakitan, Benyamin, 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Meutya,
Dezi, 2011. Pertumbuhan Tanaman. http://dezimeutya.blogspot.com/, Diakses pada
hari Minggu tanggal 14 Oktober 2012 pukul 21.00 WITA.
Puspitasari,
Vina, 2011. Pertumbuhan dan Perkembangan. http://vina-puspitasari
blogspot.com/, Diakses pada hari Minggu tanggal 14 Oktober 2012
pukul 19.00 WITA.
Salisbury, F.R., dan C.W. Ross, 1995, Fisiologi
Tumbuhan Jilid III. Institut Teknologi Bandung, Bandung.