BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Tidak mungkin bagi kita untuk
menghitung setiap individu yang terdapat di alam suatu populasi ataupun di
dalam suatu komunitas. Dalam mempelajari populasi ataupun komunitas,
biasanya dilakukan dengan cara mengambil sampel (contoh) atau sebagian kecil individu dari populasi atau komunitas tersebut, barulah dapat ditarik suatu kesimpulan tentang populasi atau tentang komunitas yang sedang dipelajari. Dalam penarikan contoh (sampling) harus menggunakan metode sampling yang tepat, sebab bila tidak hasil yang akan diperoleh akan bias (Umar, 2012).
biasanya dilakukan dengan cara mengambil sampel (contoh) atau sebagian kecil individu dari populasi atau komunitas tersebut, barulah dapat ditarik suatu kesimpulan tentang populasi atau tentang komunitas yang sedang dipelajari. Dalam penarikan contoh (sampling) harus menggunakan metode sampling yang tepat, sebab bila tidak hasil yang akan diperoleh akan bias (Umar, 2012).
Metode Capture-Recapture
(tangkap-tandai-lepas-tangkap kembali-lepas) merupakan metode yang sudah
populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang
bergerak cepat seperti ikan, burung, atau mamalia kecil. Metode
Capture-Recapture yang biasa digunakan adalah metode Lincoln-Peterson. Individu
yang ditangkap diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu
yang pendek (1 hari). Setelah jangka waktu tertentu dilakukan penangkapan yang
kedua yang kemudian diidentifikasi (Umar, 2012).
Untuk mengetahui bagaimana perbedaan populasi dari suatu
tempat/lokasi yang berbeda serta untuk melatih para mahasiswa dalam menggunakan
peralatan sederhana dalam menduga poplasi hewan bergerak, maka dilakukanlah
percobaan ini.
I.2 Tujuan
Percobaan
Tujuan dari
percobaan ini adalah:
1.
Untuk menduga atau mengetahui populasi dari suatu areal dengan menggunakan
metode Lincoln-Peterson dan metode Zippin.
2. Untuk
melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik sampling organisme dan
rumus sederhana dalam memprediksi keadaan suatu komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat
Pengambilan sampel dilakukan pada
hari Jum’at, tanggal 6 Maret dan hari Sabtu tanggal 7 April 2012 pukul 06.00 sampai 08.30 WITA di depan Gedung Registrasi Universitas
Hasanuddin dan percobaan ini dilaksankan pada hari Sabtu tanggal 7 April 2012
Pukul 10.30 sampai 15.00 WITA di Laboratrorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
juga sering diartikan sebagai jumlah organisme dengan spesies yang sama
menempati suatu tempat tertentu dalam jangka waktu tertentu. Jadi populasi
bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek/subjek itu.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari
dari sampel itu. kesimpulannya akan dapat diberlakukan populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili)
(Sigit, 2007).
Penentuan besar kecilnya ukuran sampel tergantung pada
antara lain, derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity).
Semakin tinggi tingkat homogenitas populasi semakin kecil ukuran sampel yang
boleh diambil, semakin rendah tingkat homogenitas populasi semakin besar ukuran
sampel yang harus diambil, Tingkat Presisi yang diinginkan (level of precisions).
Semakin tinggi tingkat pesisi yang diinginkan peneliti, semakin besar sampel
yang harus diambil (Sugiana, 2008).
Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau
kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan
menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk
yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya
dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada rumus
Paterson. Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode
capture-recapture. Merupakan metode yang sederhna untuk menduga ukuran populasi
dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia
kecil. Metode CMMR ini dilakukan dengan mengambil dan melepaskan sejumlah
kancing yang dianggap sebagai besarnya populasi yang ada menggunakan kancing
hitam dan putih yang danggap sebagai populasi yang tersebar di alam (Resosoedarmo,
1990).
Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai,
melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi.
Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya
populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan
estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam
sistem daftar. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok
makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus
(Resosoedarmo, 1990).
Terdapat beberapa metode sampling contohnya metose simple
random sampling Dengan memberikan suatu
nomor yang berbeda terhadap setiap anggota populasi, kemudian memilih sampel
dengan menggunakan angka-angka random. Dalam metode ini semua elemen dari
kerangka sampel diperlakukan sejajar dan tidak dilakukan pembagian atau sub-sub lagi (Priyono,
2008).
Keuntungan menggunakan teknik ini,
peneliti tidak membutuhkan pengetahuan tentang populasi sebelumnya, bebas dari
kesalahan klasifikasi yang memungkinkan dapat terjadi; dan dengan mudah data di
analisis serta kesalahan-kesalahan dapat dihitung. Kelemahan dalam teknik ini,
peneliti tidak dapat memanfaatkan pengetahuan yang dipunyainya tentang populasi
dan tingkat kesalahan dalam menentukan ukuran sampel lebih besar (Priyono,
2008).
Penarikan Sampel Secara Random
sistematis (Systematic Random
Sampling) Teknik ini merupakan
pengembangan teknik sebelumnya hanya bedanya teknik ini menggunakan
urutan-urutan yang alami. Caranya ialah pilih secara random dimulai dari antara
ngka 1 dan integer yang terdekat terhadap ratio sampling (N/n); kemudian pilih
item-item dengan interval dari integer yang terdekat terhadap ratio sampling.Keuntungan
menggunakan sampel ini ialah peneliti menyederhanakan proses penarikan sampel dan mudah dicek; dan menekan
keanekaragaman sampel.Kerugian ialah apabila interval berhubungan dengan
pengurutan periodik suatu populasi, maka akan terjadi keaneka-ragaman sampel (Priyono,
2008).
Salah satu cara penarikan sampel
dalam metode ini ialah misalnya mengambil setiap nama ke 10 dari directori
nomor telepon sehingga penarikan responden akan mempunyai interval 10. Dalam
kasus seperti ini, cara pemilihan akan menjadi nonprobabilitas kecuali
direktori telepon itu sudah dalam bentuk
random (Priyono, 2008).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat
dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan
luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi
sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk
membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak
begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif
dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan
semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya
dinyatakan dalam bentuk persentase (Soegianto, 1994).
Banyaknya variabel yang diteliti dan rancangan analisis yang
akan digunakan. Semakin banyak variabel yang akan dianalisis, misalnya dengan
menggunakan rancangan analisis tabulasi silang atau uji chi-square of independen (uji chi
kuadrat), mengingat adanya persyaratan pengujian hubungan antarvariabel yang
tidak membolehkan adanya nilai frekuensi hasil penelitian < 1, maka ukuran
sampelnya harus besar serta alasan-alasan Peneliti (waktu, biaya, tenaga, dan
lain-lain) (Sugiana, 2008).
Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah
populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda
kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu
dilakukan pengambilan ( Penangkapan Ke 2 terhadap sejulah individu dari
populasi yang sama. Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi indifidu yang
bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda
dari hasil penangkapan ke dua. Metode schanebel ini dapat digunakan untuk
mengurangi ke tidak validan dalam metode Patersen. Metode ini membutuhkan
asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa
ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode
berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan
lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang belum
bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali (Tarumingkeng,
1994).
BAB
III
METODE
KERJA
III.
Alat
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah sweeping net, botol sampel, pulpen
dan kertas.
III.
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah tinta spidol permanen warna merah dan
sampel yang akan diamati
III.
Cara Kerja
Cara kerja pada
percobaan ini adalah :
1. Di
Lapangan
- Metode Lincoln-Peterson
1) Ditentukan
suatua areal yang akan diamati.
2) Dilakukan
penangkapan dengan hewan bergerak dengan menggunakan sweeping net, sweeping net
diayunkan kekanan dan kekiri setiap kali melangkah (± 10 langkah) setelah
diayunkan jarring sweeping net digulung agar sampel yang telah tertangkap tidak
lepas.
3) Dilakukan
3 kali pengambilan di lokasi yang berbeda, sampel yang telah tertangkap di
keluarkan dari sweeping net kemudian dikumpulkan lalu setiap sampel kemudian diberi
tanda dengan tinta spidol warna merah setelah itu dilepaskan kembali
4) Penangkapan
ke 2 dilakukan setelah selang waktu 24 jam, dilakukan penangkapan dengan
sweeping net seperti pada penangkapan pertama. Semua hewan yang telah
tertangkap dikumpulkan dan dihitung jumlahnya.
5) Diperiksa
apakah ada hewan yang ditandai pada penangkapan 1 tertangkap pada penangkapan
ke 2 jika ada dihitung berapa jumlahnya dan dicatat.
b. Metode
Zippin
1) Ditentukan
suatua areal yang akan diamati.
2) Dilakukan
penangkapan dengan hewan bergerak dengan menggunakan sweeping net, sweeping net
diayunkan kekanan dan kekiri setiap kali melangkah (± 10 langkah).
3) Dilakukan
3 kali pengambilan di lokasi yang berbeda, kemudian dihitung berapa jumlah
spesies yang tertangkap.
2. Di
Laboratorium
a. Metode
Lincoln - Peterson
Dilakukan
perhitungan pendugaan populasi berdasarkan data yang telah diperoleh di
lapangan dengan menggunakan metode Lincoln – Peterson dengan rumus :
N = (M) (n) / R
b b. Metode Zippin
Dilakukan perhitungan pendugaan populasi
berdasarkan data yang telah diperoleh di lapangan dengan menggunakan metode
Zippin dengan rumus :
N =
(n1)2/(n1-n2)
DAFTAR PUSTAKA
Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Tarumingkeng, R. C. 1994. Dinamika Populasi
Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Umar, M. Ruslan. 2004. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sigit.
2007. Metodologi Penelitian Populasi dan
Sampel. http://www.4skripsi.
com. Diakses pada
hari Minggu tanggal 8 April 2012. Pukul 22.00 WITA
Proyono.
2008. Ekologi Kuantitatif http://www.scribd.com.
Diakses pada hari Minggu tanggal 8 April 2012. Pukul 22.10 WITA
Sugiana.
2008. Populasi dan metode Sampling. dankfsugiana.files.
wordpress. com. Diakses pada hari Minggu tanggal 8 April 2012. Pukul 22.40
WITA
0 komentar:
Posting Komentar