BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dewasa ini lingkungan
di sekitar kita sudah sangat memprihatinkan. Pencemaran air, pencemaran udara,
dan pencemaran tanah ada dimana-mana. Hal ini diakibatkan oleh aktivitas
manusia telah mengubah lingkungan yang tadinya nyaman menjadi tidak nyaman.
Setiap hari kita berinteraksi dengan asap rokok, asap kendaraan, suara bising, dan limbah detergen. Lingkungan manusia sekarang telah berubah dengan masuknya zat-zat pencemar ke dalam lingkungan hidup kita semua (Pujiyanto, 2008).
Setiap hari kita berinteraksi dengan asap rokok, asap kendaraan, suara bising, dan limbah detergen. Lingkungan manusia sekarang telah berubah dengan masuknya zat-zat pencemar ke dalam lingkungan hidup kita semua (Pujiyanto, 2008).
Dalam suatau proses
pasti dihasilkan limbah. Yang dapat berupa limbah rumah tangga, yang
kehadirannya pada waktu dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan. Dalam
konsentrasi dan jumlah tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative terhadap
lingkungan karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Pujiyanto, 2008).
Turunnya kualitas
lingkungan tampak dari melemahnya fungsi atau menjadi kurang dan tidak sesuai
lagi dengan kegunaannya, berkurangnya pertumbuhan, serta menurunnya kemampuan
reproduksi. Pada akhirnya ada kemungkinan terjadinya kematian pada organisme
yang hidup pada lingkungan tersebut karena tingginya tingkat pencemaran
sehingga jumlah populasi di tempat tersebut juga berkurang, karena pencemaran
juga telah merembes pada ekosistem perairan. Hal inilah yang melatar
belakangi dilakukanlah percobaan ini.
I.
2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan
ini adalah
1.
Untuk mengetahui kualitas air dari
beberapa sumber yang berbeda, dengan menggunakan methylen blue
2.
Mengenalkan dan melatih ketermapilan
mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan pencemaran
lingkungan.
I.
3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilakukan
pada hari Sabtu, tanggal 24 Maret 2012 pukul 09.00 sampai 14.00 di Laboratorium
Ilmu Lingkungan dan Kelautan, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Planet bumi sebagian
besar terdiri atas air karena luas daratan meman lebih kecil dibandingkan
dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat terlepas
dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di
bumi ini. Namun dewasa ini air menjafi masalah yang perlu mendapat perhatian
yang seksama dan cermat. Karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam
limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga,
limbah dari kegiatan indutsri dan lain-lain (Wardhana, 1995).
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan
di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, l autan dan air tanah
akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai,
gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air,
hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh
berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya
kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air
comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang
menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah
terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam
air limbahnya misalnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan
padatan . Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan
oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air (Endang
dkk, 2008).
Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan hidup yaitu masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan
lingkungan air yang dapat pula tercemar karena masuknya atau dimasukannya
mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Pencemaran air
merupakan suatu perubahan keadaan pada suatu penampungan air seperti sungai,
danau, ataupun lautan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Walaupun
fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan
perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai
pencemaran (Wibawanto, 2010).
Pencemaran air dapat dikelompokkan kedalam 2
kategori yaitu, sumber langsung dan sumber tidak langsung. Sumber langsung
sumber-sumber langsung adalah buangan (effluent) yang berasal dari sumber
pencemar nya yaitu limbah hasil pabrik atau limbah dari hasil kegiatan domestic
berupa buangan hasil cucian atau sampah, pencemaran terjadi karena buangan ini
langsung dibuang ke badan air (sistem) seperti sungai, danau, kanal, parit atau
selokan.Sumber-sumber tidak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air
tanah akibat adanya pencemaran pada air permukaan baik dari limbah domestik maupun
dari limbah industri (Endang dkk, 2008).
Air yang aman adalah
air yang sesuai dengankriteria bagi peruntukan air tersebut. Misalnya kriteria
air yang dapat diminum secaralangsung (air kualitas A) mempunyai kriteria yang
berbeda dengan air yang dapatdigunakan untuk air baku air minum (kualitas B)
atau air kualitas C untuk keperluan perikanan dan peternakan dan air kualitas D
untuk keperluan pertanian serta usahaperkotaan, industri dan pembangkit tenaga
air (Whardana, 1995).
Sumber air dikatakan
tercemar apabila mengandung bahan pencemar yang dapat mengganggu kesejahteraan
makhluk hidup (hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan) dan lingkungan. Akan tetapi air
yang mengandung bahan pencemar tertentu dikatakan tercemar untuk keperluan
tertentu, misalnya untuk keperluan rumah tangga belum tentu dapat dikatakan
tercemar untuk keperluan lain. Dengan demikian standar kualitas air untuk
setiap keperluan akan berbeda, bergantung pada penggunaan air tersebut, untuk
keperluan rumah tangga berbeda dengan standar kualitas air untuk keperluan lain
seperti untuk keperluan pertanian, irigasi, pembangkit tenaga listrik dan
keperluan industri. Dengan demikian tentunya parameter yang digunakan pun akan
berbeda pula (Kholifatun dkk, 2009).
Indikator atau tanda
bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan yang dapat diamati
melalui perubahan suhu air, perubahan pH air atau konsentrasi ion hydrogen,
perubahan warna, bau, dan rasa air, timbulnya endapan, kolodial, bahan
terlarut, adanya mikroorganisme karena kalau bahan buangan yang harus
didegradasi cukup banyak, berarti organisme juga akan ikut berkembang serta
meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Whardana, 1995).
Komponen pencemar air
dapat berupa bahan buangan padat, bahan buangan organik dan anorganik, bahan
buangan olahan bahan makanan, bahan buangan cairan berminyak, bahan buangan zat
kimia seperti sabun, dan zat warna sintetis serta bahan buangan berupa panas
(Whardana, 1995).
Limbah rumah tangga
seperti deterjen, sampah organik, dan anorganik memberikan andil cukup besar
dalam pencemaran air sungai, terutama di daerah perkotaan. Sungai yang tercemar
deterjen, sampah organik, bahan kimia dari perusahaan, bahan yang mudah
tercemar dan susah diuraikan dan anorganik yang mengandung miikroorganisme
dapat menimbulkan penyakit, terutama bagi masyarakat yang mengunakan sungai
sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Proses penguraian sampah dan deterjen
memerlukan oksigen sehingga kadar oksigen dalam air dapat berkurang. Jika kadar
oskigen suatu perairaan turun sampai kurang dari 5 mg per liter, maka kehidupan
biota air seperti ikan terancam( Lina, 1985 ).
Limbah domestik berasal
dari pemukiman, pertokoan, hotel, rumah sakit, dan sebagainya. Limbah ini dapat
berupa sampah organik, sampah anorganik, serta deterjen. Sampah organik
merupakan sampah yang dapat terurai oleh aktivitas bakteri seperti sisa-sisa
sayuran, buah-buahan, maupun dedaunan. Sampah anorganik merupakan sampah yang
tidak dapat terurai oleh aktivitas bakteri seperti kertas, plastik, ataupun
kaca. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air
karena hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen padahal limbah deterjen
sangat sukar diuraikan oleh mikrrorganisme. Pencemaran akibat deterjen yang
terjadi secara terus-menerus dapat menghambat proses fotosintesis karena
senyawa fosfat yang terkandung dalam deterjen merangsang pertumbuhan ganggang
dan eceng gondok disungai ataupun danau sehingga akan menghalangi masuknya
cahaya matahari ke dalam sungai atau danau (Wibawanto, 2010).
Oksigen terlarut (dissolved
oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen
demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air.
Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlahoksigen
(O2) yang
tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran
DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air
seperti ikan dan mikroorganisme (Sugiharto,
1987).
Yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang
terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis
tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti
ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik,
sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi
karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air.
Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan
seperti ikan, udang dan kerang akan mati (Sugiharto, 1987).
Penyelesaian masalah
pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian. Langkah pencegahan
pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak
lingkungan yang lebih berat. Di lingkungan yang terdekat, misalnya dengan
mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan kembali (reuse) dan daur
ulang (recycle). Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air
yang dipakai, mengurangi jumlah limbah, dan mengurangi keberadaan zat kimia PBT
(Persistent, Bioaccumulative, and Toxic), dan berangsur-angsur menggantinya
dengan Green Chemistry (Ayu, 2010).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.
1 Alat
Alat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah botol sampel 8 buah, plastik, karet gelang dan
kertas label.
III.
2
Bahan
Bahan yang digunakan
dalam percobaan ini adalah larutan methylen blue, air laut malam, air laut
pagi, air danau, air sungai, air kolam, air PAM, air sumur dan air selokan.
III.
3 Cara Kerja
- Masing-masing botol sampel diberi label A, B, C, D, E, F, G, H.
- Kemudian masing-masing botol diisi dengan, botol A diisi dengan air selokan, botol B diisi dengan air kolam, botol C diisi dengan air sungai, botol D diisi dengan air danau, botol E diisi dengan air PAM, botol F diisi dengan air sumur, botol G diisi dengan air laut malam, dan botol H diisi dengan air laut pagi
- Pengisian diisi sampai penuh dan dilakukan secara hati-hati jangan sampai air terkocok dan mengandung gelembung air.
- Sebelum ditutup ditambahkan dulu kedalam masing-masing botol methylen blue.
- Kedelapan botol ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet.
- Kemudian botol ditaruh di tempat gelap dan diamati perubahan warnanya setiap 24 jam selama 12 hari.
- Dibuat laporan hasil pengamatan selama 12 hari dan ditentukan kestabilan relatif air pada masing-masing sampel.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
VI.
1 Hasil
Hari Ke-
|
Air Laut Malam
|
Airl Laut Pagi
|
Air Selokan
|
Air PAM
|
Air
Sumur
|
Air Kolam
|
Air Sungai
|
Air Danau
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
3
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
4
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
5
|
-
|
+
|
++
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
6
|
-
|
+
|
++
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
7
|
-
|
+
|
++
|
-
|
-
|
++
|
-
|
+
|
8
|
-
|
+
|
++
|
-
|
-
|
++
|
-
|
+
|
9
|
-
|
+
|
+++
|
-
|
+
|
++
|
-
|
+
|
10
|
-
|
+
|
+++
|
+
|
+
|
+++
|
-
|
+
|
11
|
-
|
+
|
+++
|
+
|
+
|
+++
|
-
|
+
|
12
|
-
|
+
|
+++
|
+
|
+
|
+++
|
-
|
+
|
Keterangan :
-
: Biru
+ : Jernih kebiruan
++ : Jernih
+++ : Jernih Sekali
IV.
2 Pembahasan
Pada percobaan ini 8
botol yang diisi oleh air dari berbagai macam sumber yang berbeda dan
ditambahkan methylen blue yang berfungsi sebagai indikator untuk menguji
tingkat pencemaran air, setelah dilakukan pengamatan selama 12 hari terlihat
perubahan dari warna air, pada air laut malam dan air sungai tidak menglami
perubahan pada warna air karena terjadi kesalahan dalam percobaan ketika botol
sampel ditutup, seharusnya penutup dari plastik itu harus diikat secara rapat
agar tidak ada udara yang masuk, namun karena kurang erat sehingga terdapat
gelembung udara di dalam botol sampel.
Kesalahan ini
menyebabkan tingkat pencemaran pada air sungai dan air laut malam tidak dapat
diketahui, tapi berdasarkan teori air sungai tingkat pencemarannya tinggi
karena sungai banyak tercemari oleh sampah-sampah dan limbah dari aktivitas
rumah tangga. Sementara pada air laut malam yang tingkat pencemarannya rendah karena pada
malam hari aktivitas disekitar laut kurang sehingga sampah-sampah dan polusi
dari aktivitas masyarakat di sekitar laut juga kurang berbeda dengan air laut
pagi yang dari 12 hari pengamatan terjadi perubahan dari warna biru menjadi
jernih kebiruan, karena pada pagi hari aktivitas masyarakat disekitar laut
lebih banyak ketimbang malam hari sehingga limbah dari sampah aktivitas lebih
banyak terbuang ke laut sehingga oksigen yang ada dalam air sungai berkurang,
karena diuraikan oleh organisme.
Pada air selokan
terjadi perubahan dari biru menjadi bening sekali yang menunjukkan tingkat
pencemarannya lumayan tinggi karena air tersebut merupakan air pembuangan dari
berbagai aktivitas masyarakat di sekitar selokan tersebut. Air kolam mengalami
perubahan dari warna biru menjadi bening, sehingga tingkat BODnya relatif
tinggi, sehingga kestabilannya relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh
pemakaian oksigen oleh mikroorganisme yang beraktifitas secara aerob dan
membutuhkan oksigen yang banyak.
Air sumur dan air PAM
berubah dari warna biru menjadi jernih kebiruan yang menandakan tingkat
pencemarannya rendah karena air ini adalah merupakan air yang digunakan selalu
digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memasak, mencuci dan mandi sehingga cukup bersih dan warna air
danau berubah dari biru menjadi jernih kebiruan yang menandakan tingkat
pencemarannya juga rendah.
BAB
V
PENUTUP
V.
1 Kesimpulan
1)
Semakin tinggi oksigen dalam air maka semakin
rendah tingkat pencemarannya karena semakin banyak sampah-sampah organik yang
dalam air maka jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba air untuk
menguraikan bahan-bahan organik semakin banyak.
2)
Penggunaan larutan indikator methylen
blue dapat menunjukkan nilai BOD suatu jenis air dan tingkat kestabilan dari
air yang diamati.
V.1
Saran
Saran untuk percobaan ini adalah mungkin praktikum
akan lebih mudah jika dilakukan di ruangan yang lebih besar dan dilengkapi
dengan wastafel karena dalam percobaan ini kita menggunakan air dalam jumlah
yang relatif banyak.
DAFTAR
PUSTAKA
Lina. 1985.Pengaruh Waktu Inkubasi BOD
Pada Berbagai Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sugiharto.
1987. Pengelolaan air limbah.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Whardana, Wisnu. 1995.Dampak
Pencemaran Lingkungan.Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Ayu.
2010. Pengaruh Polusi Dometik http://ukiranperjuanganpelangi.
blogspot.com/2011/10/ekologi-umum-pengaruh-polusi-domestik.html. Diakses pada
hari Rabu tanggal 28 Maret 2012. Pukul 09.35.
Endang.
2008. Pencemaran Air. http://olivpremvitalis.wordpress.com. Diakses pada
Rabu tanggal 28 Maret 2012. Pukul 09.55.
Kholifatun.
2009. Pencemaran air. http://www.slideshare.net/. Diakses pada Rabu tanggal 28 Maret 2012. Pukul 09.57.
Wibawanto.
2010. Pencemaran Air. http://www.hydro.co.id/. Diakses pada
Kamis tanggal 29 Maret 2012. Pukul 05.11.
0 komentar:
Posting Komentar