3/27/2013

PENGARUH POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Dewasa ini lingkungan di sekitar kita sudah sangat memprihatinkan. Pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah ada dimana-mana. Hal ini diakibatkan oleh aktivitas manusia telah mengubah lingkungan yang tadinya nyaman menjadi tidak nyaman.
Setiap hari kita berinteraksi dengan asap rokok, asap kendaraan, suara bising, dan limbah detergen. Lingkungan manusia sekarang telah berubah dengan masuknya zat-zat pencemar ke dalam lingkungan hidup kita semua (Pujiyanto, 2008).
Dalam suatau proses pasti dihasilkan limbah. Yang dapat berupa limbah rumah tangga, yang kehadirannya pada waktu dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan. Dalam konsentrasi dan jumlah tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative terhadap lingkungan karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Pujiyanto, 2008).
Turunnya kualitas lingkungan tampak dari melemahnya fungsi atau menjadi kurang dan tidak sesuai lagi dengan kegunaannya, berkurangnya pertumbuhan, serta menurunnya kemampuan reproduksi. Pada akhirnya ada kemungkinan terjadinya kematian pada organisme yang hidup pada lingkungan tersebut karena tingginya tingkat pencemaran sehingga jumlah populasi di tempat tersebut juga berkurang, karena pencemaran juga telah merembes pada ekosistem perairan. Hal inilah yang melatar belakangi  dilakukanlah percobaan ini.

I. 2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah
1.                  Untuk mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda, dengan menggunakan methylen blue
2.                  Mengenalkan dan melatih ketermapilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan.

I. 3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 24 Maret 2012 pukul 09.00 sampai 14.00 di Laboratorium Ilmu Lingkungan dan Kelautan, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar.
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Planet bumi sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan meman lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Namun dewasa ini air menjafi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan indutsri dan lain-lain (Wardhana, 1995).
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, l autan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya misalnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan . Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air (Endang dkk, 2008).
Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air yang dapat pula tercemar karena masuknya atau dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Pencemaran air merupakan suatu perubahan keadaan pada suatu penampungan air seperti sungai, danau, ataupun lautan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran (Wibawanto, 2010).
Pencemaran air dapat dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu, sumber langsung dan sumber tidak langsung. Sumber langsung sumber-sumber langsung adalah buangan (effluent) yang berasal dari sumber pencemar nya yaitu limbah hasil pabrik atau limbah dari hasil kegiatan domestic berupa buangan hasil cucian atau sampah, pencemaran terjadi karena buangan ini langsung dibuang ke badan air (sistem) seperti sungai, danau, kanal, parit atau selokan.Sumber-sumber tidak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air  permukaan baik dari limbah domestik maupun dari limbah industri  (Endang dkk, 2008).
Air yang aman adalah air yang sesuai dengankriteria bagi peruntukan air tersebut. Misalnya kriteria air yang dapat diminum secaralangsung (air kualitas A) mempunyai kriteria yang berbeda dengan air yang dapatdigunakan untuk air baku air minum (kualitas B) atau air kualitas C untuk keperluan perikanan dan peternakan dan air kualitas D untuk keperluan pertanian serta usahaperkotaan, industri dan pembangkit tenaga air (Whardana, 1995).
Sumber air dikatakan tercemar apabila mengandung bahan pencemar yang dapat mengganggu kesejahteraan makhluk hidup (hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan) dan lingkungan. Akan tetapi air yang mengandung bahan pencemar tertentu dikatakan tercemar untuk keperluan tertentu, misalnya untuk keperluan rumah tangga belum tentu dapat dikatakan tercemar untuk keperluan lain. Dengan demikian standar kualitas air untuk setiap keperluan akan berbeda, bergantung pada penggunaan air tersebut, untuk keperluan rumah tangga berbeda dengan standar kualitas air untuk keperluan lain seperti untuk keperluan pertanian, irigasi, pembangkit tenaga listrik dan keperluan industri. Dengan demikian tentunya parameter yang digunakan pun akan berbeda pula (Kholifatun dkk, 2009).
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan yang dapat diamati melalui perubahan suhu air, perubahan pH air atau konsentrasi ion hydrogen, perubahan warna, bau, dan rasa air, timbulnya endapan, kolodial, bahan terlarut, adanya mikroorganisme karena kalau bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak, berarti organisme juga akan ikut berkembang serta meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Whardana, 1995).
Komponen pencemar air dapat berupa bahan buangan padat, bahan buangan organik dan anorganik, bahan buangan olahan bahan makanan, bahan buangan cairan berminyak, bahan buangan zat kimia seperti sabun, dan zat warna sintetis serta bahan buangan berupa panas (Whardana, 1995).
Limbah rumah tangga seperti deterjen, sampah organik, dan anorganik memberikan andil cukup besar dalam pencemaran air sungai, terutama di daerah perkotaan. Sungai yang tercemar deterjen, sampah organik, bahan kimia dari perusahaan, bahan yang mudah tercemar dan susah diuraikan dan anorganik yang mengandung miikroorganisme dapat menimbulkan penyakit, terutama bagi masyarakat yang mengunakan sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Proses penguraian sampah dan deterjen memerlukan oksigen sehingga kadar oksigen dalam air dapat berkurang. Jika kadar oskigen suatu perairaan turun sampai kurang dari 5 mg per liter, maka kehidupan biota air seperti ikan terancam( Lina, 1985 ).
Limbah domestik berasal dari pemukiman, pertokoan, hotel, rumah sakit, dan sebagainya. Limbah ini dapat berupa sampah organik, sampah anorganik, serta deterjen. Sampah organik merupakan sampah yang dapat terurai oleh aktivitas bakteri seperti sisa-sisa sayuran, buah-buahan, maupun dedaunan. Sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat terurai oleh aktivitas bakteri seperti kertas, plastik, ataupun kaca. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air karena hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh mikrrorganisme. Pencemaran akibat deterjen yang terjadi secara terus-menerus dapat menghambat proses fotosintesis karena senyawa fosfat yang terkandung dalam deterjen merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok disungai ataupun danau sehingga akan menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam sungai atau danau (Wibawanto, 2010).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlahoksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme (Sugiharto, 1987).
Yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati (Sugiharto, 1987).
Penyelesaian masalah pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian. Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih berat. Di lingkungan yang terdekat, misalnya dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle).  Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air yang dipakai, mengurangi jumlah limbah, dan mengurangi keberadaan zat kimia PBT (Persistent, Bioaccumulative, and Toxic), dan berangsur-angsur menggantinya dengan Green Chemistry (Ayu, 2010).

BAB III
METODE PERCOBAAN

III. 1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel 8 buah, plastik, karet gelang dan kertas label. 

III. 2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan methylen blue, air laut malam, air laut pagi, air danau, air sungai, air kolam, air PAM, air sumur dan air selokan.

III. 3 Cara Kerja
  1.  Masing-masing botol sampel diberi label A, B, C, D, E, F, G, H.
  2.  Kemudian masing-masing botol diisi dengan, botol A diisi dengan air selokan, botol B diisi dengan air kolam, botol C diisi dengan air sungai, botol D diisi dengan air danau, botol E diisi dengan air PAM, botol F diisi dengan air sumur, botol G diisi dengan air laut malam, dan botol H diisi dengan air laut pagi
  3. Pengisian diisi sampai penuh dan dilakukan secara hati-hati jangan sampai  air terkocok dan mengandung gelembung air.
  4.  Sebelum ditutup ditambahkan dulu kedalam masing-masing botol methylen blue.
  5.  Kedelapan botol ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet.
  6. Kemudian botol ditaruh di tempat gelap dan diamati perubahan warnanya setiap 24 jam selama 12 hari.
  7. Dibuat laporan hasil pengamatan selama 12 hari dan ditentukan kestabilan relatif air pada masing-masing sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. 1 Hasil
Hari Ke-
Air Laut Malam
Airl Laut Pagi
Air Selokan
Air PAM
Air Sumur
Air Kolam
Air Sungai
Air Danau
1
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
+
-
-
+
-
-
3
-
+
+
-
-
+
-
-
4
-
+
+
-
-
+
-
+
5
-
+
++
-
-
+
-
+
6
-
+
++
-
-
+
-
+
7
-
+
++
-
-
++
-
+
8
-
+
++
-
-
++
-
+
9
-
+
+++
-
+
++
-
+
10
-
+
+++
+
+
+++
-
+
11
-
+
+++
+
+
+++
-
+
12
-
+
+++
+
+
+++
-
+

Keterangan :  
-                  : Biru
+                  : Jernih kebiruan
++               : Jernih
+++             : Jernih Sekali

IV. 2 Pembahasan
Pada percobaan ini 8 botol yang diisi oleh air dari berbagai macam sumber yang berbeda dan ditambahkan methylen blue yang berfungsi sebagai indikator untuk menguji tingkat pencemaran air, setelah dilakukan pengamatan selama 12 hari terlihat perubahan dari warna air, pada air laut malam dan air sungai tidak menglami perubahan pada warna air karena terjadi kesalahan dalam percobaan ketika botol sampel ditutup, seharusnya penutup dari plastik itu harus diikat secara rapat agar tidak ada udara yang masuk, namun karena kurang erat sehingga terdapat gelembung udara di dalam botol sampel.
Kesalahan ini menyebabkan tingkat pencemaran pada air sungai dan air laut malam tidak dapat diketahui, tapi berdasarkan teori air sungai tingkat pencemarannya tinggi karena sungai banyak tercemari oleh sampah-sampah dan limbah dari aktivitas rumah tangga. Sementara pada air laut malam yang  tingkat pencemarannya rendah karena pada malam hari aktivitas disekitar laut kurang sehingga sampah-sampah dan polusi dari aktivitas masyarakat di sekitar laut juga kurang berbeda dengan air laut pagi yang dari 12 hari pengamatan terjadi perubahan dari warna biru menjadi jernih kebiruan, karena pada pagi hari aktivitas masyarakat disekitar laut lebih banyak ketimbang malam hari sehingga limbah dari sampah aktivitas lebih banyak terbuang ke laut sehingga oksigen yang ada dalam air sungai berkurang, karena diuraikan oleh organisme.
Pada air selokan terjadi perubahan dari biru menjadi bening sekali yang menunjukkan tingkat pencemarannya lumayan tinggi karena air tersebut merupakan air pembuangan dari berbagai aktivitas masyarakat di sekitar selokan tersebut. Air kolam mengalami perubahan dari warna biru menjadi bening, sehingga tingkat BODnya relatif tinggi, sehingga kestabilannya relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh pemakaian oksigen oleh mikroorganisme yang beraktifitas secara aerob dan membutuhkan oksigen yang banyak.
Air sumur dan air PAM berubah dari warna biru menjadi jernih kebiruan yang menandakan tingkat pencemarannya rendah karena air ini adalah merupakan air yang digunakan selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memasak, mencuci dan  mandi sehingga cukup bersih dan warna air danau berubah dari biru menjadi jernih kebiruan yang menandakan tingkat pencemarannya juga rendah.  

BAB V
PENUTUP
V. 1 Kesimpulan
1)         Semakin tinggi oksigen dalam air maka semakin rendah tingkat pencemarannya karena semakin banyak sampah-sampah organik yang dalam air maka jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba air untuk menguraikan bahan-bahan organik semakin banyak.
2)         Penggunaan larutan indikator methylen blue dapat menunjukkan nilai BOD suatu jenis air dan tingkat kestabilan dari air yang diamati.
V.1 Saran
Saran  untuk percobaan ini adalah mungkin praktikum akan lebih mudah jika dilakukan di ruangan yang lebih besar dan dilengkapi dengan wastafel karena dalam percobaan ini kita menggunakan air dalam jumlah yang relatif banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Lina. 1985.Pengaruh Waktu Inkubasi BOD Pada Berbagai Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sugiharto. 1987. Pengelolaan air limbah. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Whardana, Wisnu. 1995.Dampak Pencemaran Lingkungan.Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ayu. 2010. Pengaruh Polusi Dometik http://ukiranperjuanganpelangi.    blogspot.com/2011/10/ekologi-umum-pengaruh-polusi-domestik.html. Diakses pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012. Pukul 09.35.

Endang. 2008.  Pencemaran Air. http://olivpremvitalis.wordpress.com. Diakses pada Rabu tanggal 28 Maret 2012. Pukul 09.55.

Kholifatun. 2009. Pencemaran air. http://www.slideshare.net/. Diakses pada Rabu tanggal 28 Maret 2012. Pukul 09.57.

Wibawanto. 2010. Pencemaran Air. http://www.hydro.co.id/. Diakses pada Kamis tanggal 29 Maret 2012. Pukul 05.11.





0 komentar:

Posting Komentar