BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sumber energi bagi segala kehidupan adalah energi matahari.
Hanya organisme autotrof yang dapat menangkap dan memanfaatkan energi matahari
tersebut melalui proses fotosintesis.
Organisme autotrof mengubah energi matahari menjadi gula dan oksigen. Itulah sebabnya maka organisme autotrof disebut dengan produsen yang menyediakan energi dalam bentuk makanan bagi konsumen I, selanjutnya energi tersebut dimanfaatkan konsumen II, konsumen III, konsumen IV, dan berakhir pada pengurai (Daniswara, 2009).
Organisme autotrof mengubah energi matahari menjadi gula dan oksigen. Itulah sebabnya maka organisme autotrof disebut dengan produsen yang menyediakan energi dalam bentuk makanan bagi konsumen I, selanjutnya energi tersebut dimanfaatkan konsumen II, konsumen III, konsumen IV, dan berakhir pada pengurai (Daniswara, 2009).
Karbon merupakan unsur
penyusun semua senyawa organik, dan salah satu zat yang sangat penting atau
dipelukan makhluk hidup, selain oksigen, air dan nitrogen. Di alam karbon
tersedia dalam bentuk gas dan dapat dimamfaatkan oleh tumbuhan melaui proses fotosintesis.
Bahkan karbon banyak ditemui pada endapan dan di dalam air. dari atmosfer dan
sedimen, karbon masuk ke tubuh organisme secara kimia. Energi yang tersimpan
pada tumbuhan terbentuk karena fiksasi karbondioksida pada peristiwa
fotosintesis (Pustaka, 2010).
Salah satu untuk
melihat hubungan produsen dan konsumen dalam pemakaian dan poduksi karbon dalam
air dapat dilakukan dengan uji bromtimol biru. Suatu indikator yang berwana
biru dalam larutan basa dan kuning dalam larutan asam. Pentingnya mempelajari
siklus karbon khususnya pada ekosistem perairan yang melatarbelakangi
dilakukannya percobaan ini.
I.2 Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan
ini adalah:
1. Untuk
mempelajari hubungan keterkaitan antara produsen dan konsumen di dalam siklus
karbon pada ekosistem perairan.
2.
Melatih
keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan sederhana untuk melihat
hubungan antara produsen dan konsumen di ekosistem.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan
Hubungan Produsen Dan Konsumen Dalam
Siklus Karbon Di Perairan dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 24 Maret 2012 pukul 09.00 WITA, bertempat di
Laboratrorium Ilmu
Lingkungan dan Kelautan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan dilakukan pengamatan selama 5
hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Siklus karbon adalah
biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer,
hidrosfer, atmosfer bumi (obyek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus
karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui) (Avidianto,
2010).
Siklus karbon adalah suatu siklus yang tidak mempunyai ujung
dan pangkal, sebagaimana suatu lingkaran atau roda. Tetapi untuk mudahnya kita
akan mulai memplajari sklus karbondioksida (CO2) yang ada di udara atau larutan
dalam air (Pelczar, 1980).
Model siklus karbon dapat digabungkan dengan model iklim
global, sehingga reaksi interaktif dari larutan dan biosfer terhadap nilai CO2
diman dapat dimodelkan. Ada ketidakpastian yang besar dalam model ini. Baik
dalam sub model fisika maupun biokimia. Model- model seperti itu biasanya
menunjukkan bahwa ada timbal balik positif antara Temperatur dan CO2
(Daniswara, 2009).
Satu elemen penting di biosfer adalah
karbon. Karbon adalah tulang belulang dari komponen organik dan tersusun
mendekati dari 40% sampai 50% dari berat keadaan alam sekitar. Ada lebih
komponen yang terbuat dari karbon dari pada kombinasi elemennya. Kumpulan habitat dari populasi mikrobiologi berinteraksi dengan
sebuah habitat maka disebut komunitas dan komunitas ini bersama-sama dengan
faktor abiotik di lingkungan yang memasok bahan-bahan mentah untuk kehidupan
yang berupa ekosistem.Banyak dari
karbon di bumi ditransfer dalam bentuk bahan bakar fosil, batu bara, tanah yang
dipakai sebagai bahan bakar, minyak, dan gas alam (Lim, 1998).
Produksi utama pada atmosfer yaitu
karbondioksida ke dalam suatu senyawa organik, yang termasuk dalam siklus
karbon. Aliran karbon Asam sitrit, kita tahu bahwa aspek metabolisme
aliran karbon termasuk respirasi. Setiap tahap-tahap pada respirasi dari
glukosa mengandung tahap biokimia yang sama seperti pada glikolisis sebagai
catatan, satu kunci terpenting dalam glikolisis adalah piruvat, bilamana pada
fermentasi piruvat diubah jadi hasil fermentasi namun pada respirasi piruvat
dioksidasi penuh menjadi CO2. satu yang terpenting pada asam piruvat
adalah dengan mengoksidasi kompleks menjadi CO2 yang disebut siklus
asam sitrit (Citrit Acid Cycle) (Madigan, 1997).
Respirasi berperan penting dalam
penimbunan karbon selama pertumbuhan tumbuhan. Tapi, peranan ini sukar
ditetapkan karena tidak mudah untuk mengetahui seberapa besar respirasi
berlangsung ketika tumbuhan berada di bawah cahaya. Biasanya, respirasi gelap
dianggap tetap sama selama ada cahaya, tapi dapat diketahui bahwa terdapat
bukti kuat yang menyatakan tidak demikian. Bagaimanapun, jelas bahwa sebagian
dari energi yang ditangkap dalam fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan serta
perkembangan yang akan menjaga dan untuk memelihara sel hidup. Bagian itu
mungkin sekitar 30% sampai 40% dari energi yang ditangkap dalam proses
fotosintesis yakni berupa unsu senyawa karbon yang didapatkan oleh tumbuhan
dari atmosfer dengan bantuan cahaya sehingga dapat menghasilkan makanannya
sendiri. Perbedaan setiap tumbuhan dalam persentase itu penting secara ekologi.
Sebagai contoh, beberapa tumbuhan menggunakan jauh lebih banyak energi dari
pada tumbuhan lain dalam mensintesis bahan sekunder pelindung seperti
tannin/alkaloid, atau bahan structural seperti lignin (Salisbury & Ross,
1995).
Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis
untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon
pada hutan yang sedang mengalami perumbuhan yang cepat. Pada permukaan laut ke
arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan lebih mudah larut.
Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasitermohalin yang
membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke dalam laut atau interir
laut. Di lautbagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang
tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon. Beberapa organisme
juga membentuk cangkang karonat dan bagian- bagian tubuh lainnya yang keras.
Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah (Daniswara, 2009).
Melalui pernapasan (respirasi) oleh tumbuhan yang di
dalamnya. Hal ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya
penguraian glukosa menjadi karbondioksida dan air. Melalui pembusukan bintang
dan tumbuhan, fungi atau jamur,dan bakteri mengurai senyawa karbondioksida jika
tersedia oksigen atau menjadi metana jika tidak ada oksigen (Daniswara, 2009). Hubungan antara produsen dan konsumen
dalam kaitannya dengan siklus karbon dan mutlak diperlukan dalam suatu
ekosistem untuk menjaga kestabilannya. Di lingkungan terbuka, sangat sulit
untuk menentukan faktor apa yang mempengaruhi hubungan tersebut karena terdapat
banyak faktor yang mempengaruhinya. Dalam siklus karbon, atom karbon terus
mengalir dari produsen ke konsumen dalam bentuk molekul CO2 dan karbohidrat,
sedangkan energi foton matahari digunakan sebagai pemasok energi yang utama.
Produsen memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen untuk melakukan fotosintesis.
Dari kegiatan fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan
oksigen yang diperlukan oleh konsumen dalam kehidupan langsung (Umar, 2010).
Salah satu cara
untuk melihat hubungan produsen dan konsumen dalam pemakaian dan produksi
karbon dalam air dapat dilakukan dengan Uji Bromtimol Biru. Bromtimol Biru
merupakan suatu larutan indikator yang berwarna biru dalam larutan basa dan
kuning dalam larutan asam. Gas karbon dioksida akan membentuk asam jika
dilarutkan dalam air. Perubahan warna pada perlakuan disebabkan oleh perubahan
kandungan karbon dioksida yang ada dalam air. Kadar karbon dioksida akan
berkurang apabila terjadi proses fotosintesis oleh tumbuhan. Sebaliknya kadar
karbon dioksida akan meningkat kalau terjadi proses respirasi (Umar, 2010).
Karbon dioksida sebagai
salah satu gas rumah kaca yang memerangkap panas matahari dalam
bentuk radiasi infra merah gelombang panjang yang seharusnya terpantul ke
angkasa luar. Karbondioksida menahan panas tersebut di dalam atmosfer bumi
sehingga menyebabkan bumi semakin hangat dan berubah menjadi lebih panas. Pemanasan
akibat terperangkapnya panas matahari oleh
karbondioksida menyebabkan mencairnya es yang seharusnya memantulkan radiasi
panas matahari ke luar angkasa (Lehninger, 1991).
Proses di alam sudah tertata rapi.
Setiap tahap dari suatu proses seluruhnya berjalan dengan peranan tertentu yang
bermanfaat untuk kelangsungan hidup mahluk di alam. Tetapi manusia sering kali
menciptakan suatu proses baru, dengan alasan untuk kesejahteraannya yang malah
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan proses alam, sampai akhirnya menimbulkan
bencana. Mari kita simak sebuah contoh, suatu proses yang terjadi di alam,
yaitu siklus karbon (Prawirohartono, 2001).
Tingginya
kadar CO2 dapat mengurangi hilangnya energi yang disebabkan oleh
fotorespirasi. Tanaman tropis dengan jalur C4 hanya sedikit
melakukan fotorespirasi sebab kadar CO2 di dalam sel bersarangnya
mempercepat reaksi karboksilase dibandingkan dengan reaksi oksigenase. Pengaruh
ini terutama penting pada suhu tinggi. Distribusi geografis tanaman yang
memiliki jalur ini memiliki keuntungan pada lingkungan bersuhu tinggi dan bila
banyak cahaya (Stryer, 1995).
Siklus karbon melibatkan seluruh
lingkungan yang ada di alam semesta, meliputi atmosfer, biosfer, hidrosfer dan
geosfer. Karena itu, siklus karbon disebut sebagai siklus biogeochemical. Pada
setiap lingkungan dan antara lingkungan terjadi pertukaran karbon.
Karbon
berpindah dari lingkungan atmosfer ke biosfer sebagai gas karbondioksida. Gas
karbondioksida digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis. Karbon memasuki
lingkungan atmosfer dari lingkungan bisofer juga sebagai gas karbondioksida.
Gas karbondioksida dilepaskan ke atmosfer dari hasil pernafasan mahluk hidup,
hasil pembusukan/fermentasi oleh bakteri/jamur dan hasil pembakaran
senyawa-senyawa organik (Prawirohartono, 2001).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu botol sampel, pipet tetes.
III.2 Bahan
Bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah larutan Methylen Blue, siput Lymnea sp, Hydrilla Hydrilla verticillata, plastik, air, karet gelang.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja
percobaan ini adalah :
- Disiapkan 2 seri percobaan A dan B yang masing-masing terdiri atas 4 botol sampel. Diberikan label pada setiap perlakuan dengan kode A1, A2, A3 dan A4 serta B1, B2, B3 dan B4.
- Setiap botol sampel diisi dengan air secukupnya, yang sebelumnya telah diukur PH air yang akan digunakan.
- Ditambahkan setetes Bromtimol Biru kedalam setiap botol sampel kemudian dikocok.
- Siput Lymnea sp dimasukkan ke dalam botol perlakuan A1 dan B1, siput dan Hydrilla verticillata dalam botol A2 dan B2, Hydrilla verticillata kedalam botol A3 dan B3 serta A4 dan B4 sebagai kontrol (tanpa perlakuan).
- Semua botol sampel ditutup rapat-rapat, jangan sampai bocor.
- Kelompok A1-A4 pada ditempatkan di tempat terang dan kelompok B1-B4 di kamar gelap.
- Percobaan tersebut diamati dengan interval waktu setiap 24 jam selama 3 hari. Setiap kali mengamati dicatat perubahan warna air dan keadaan organismenya. Kemudian ditukarkan kelompok B1-B4 pada tempat terang dan kelompok A1-A4 pada tempat gelap.
- Diamati kembali dengan interval waktu 24 jam, selama 2 hari dan pada hari terakhir. Dicatat perubahan warna yang terjadi.
- Data hasil pengamatan dibuat dan disimpulkan data yang diperoleh.
- Kelompok A1-A4 ditempatkan pada tempat terang dan kelompok B1-B4 pada kamar gelap.
- Percobaan tersebut diamati dengan interval waktu setiap 24 jam selam 3 hari. Setiap kali pengamatan dicatat perubahan warna air dan keadaan orgnismenya. Pada hari yang ketiga diukur pH air kembali. Kemudian dilakukan pertukaran kelompok B1-B4 pada tempat terang dan kelompok A1-A4 pada tempat gelap.
- Dengan interval waktu 24 jam diamati kembali, selama 2 hari dan pada hari terakhir. Perubahan warna yang terjadi dicatat, serta ukur pula kembali pH air sampel.
- Data hasil pengamatan dibuat.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.
1 Hasil
a. Tabel pengamatan
hasil percobaan kelompok A
(terang) dan B (gelap)
Perlakuan
|
Kelompok A (Terang)
|
Kelompok B (Gelap)
|
||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
A1, B1
|
++
|
++
|
-
|
++
|
+
|
-
|
A2, B2
|
+
|
+
|
-
|
++
|
+
|
+
|
A3, B3
|
+
|
+
|
-
|
++
|
+
|
+
|
A4, B4
|
++++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
b.
Tabel pengamatan hasil percobaan
kelompok B (terang) dan A (gelap)
Perlakuan
|
Kelompok B (Terang)
|
Kelompok A (Gelap)
|
||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
|
A1, B1
|
-
|
-
|
--
|
+
|
-
|
--
|
A2, B2
|
+
|
-
|
--
|
-
|
-
|
--
|
A3, B3
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
A4, B4
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
Keterangan :
A1 dan B1 :
Siput Lymnea sp
A2 dan B2 :
Siput Lymnea sp dan Hydrilla verticillata
A3 dan B3 :
Hydrilla verticillata
A4 dan B4 :
Tanpa perlakuan (kontrol)
Biru sekali :
+++
Biru :
++
Biru muda : +
Bening
sekali/jernih : ---
Bening :
--
Bening kebiruan :
-
IV.
2 Pembahasan
Pada
percobaan ini dilakukan pengamatan dengan menggunakan 8 buah toples yang
masing-masing diisi dengan air yang kemudian diteteskan dengan bromtimol biru
kemudian pada setiap toples dimasukkan
A1 dan B1 siput Lymnea sp, A2
dan B2 Siput Lymnea sp dan Hydrilla verticillata, A3 dan B3 Hydrilla verticillata, A4 dan B4 tanpa
perlakuan dan bertidak sebagai kontrol. Masing-masing dilakukan pengamatan pada
tempat terang dan gelap selama 5 hari.
Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan selama 5 hari diperoleh hasil terjadi perubahan warna pada air
toples A1 dari warna biru menjadi bening kebiruan sementara pada B1 yang
diletakkan pada tempat gelap terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening
kebiruan, hal ini menunjukkan bahwa toples A1 dan B1 mengadung oksigen yang
cukup tinggi.
Pada toples A2 dan A3
air didalamnya awalnya biru muda dan berubah menjadi bening kebiruan pada hari
ke III, pada toples B2 dan B3 biru dan berubah menjadi warna biru muda, semakin
bening warna air menunjukkan kadar oksigen dalam air cukup tinggi hal ini
disebabkan oleh oksigen yang dihasilkan oleh Hydrilla verticillata lewat proses fotosintesis yang dimasukkan pada toples A3 dan A4, dan
pada toples A2 dan A3 yang dimasukkan Hydrilla
dan siput Lymnea sp dari hasil
pengamatan juga terlihat bahwa airnya mengandung kadar oksigen yang cukup
tinggi karena terjadi proses pertukaran karbon dimana siput melakukan respirasi
yang menghasilkan CO2 yang kemudian ditangkap oleh Hydrilla dan digunakan dalam proses fotosintesis yang kemudian
menghasilkan oksigen yang digunakan oleh siput Lymnea sp dalam proses respirasi.
Sementara pada toples
A4 dan B4 yang bertindak sebagai kontrol sama sekali tidak terjadi perubahan
pada airnya , airnya tetap berwarna biru sekali, hal ini disebabkan karena
toples ini sama sekali tidak menerima perlakuan sehingga tidak terjadi
perubahan.
Dalam siklus karbon,
atom karbon terus mengalir dari produsen ke konsumen dalam bentuk molekul CO2
dan karbohidrat, sedangkan energi foton matahari digunakan sebagai pemasok
energi yang utama. Produsen memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen untuk
melakukan fotosintesis. Dari kegiatan fotosintesis tersebut, produsen dapat
menyediakan karbohidrat dan oksigen yang diperlukan oleh konsumen dalam
kehidupan.
BAB
V
PENUTUP
V.
1 Kesimpulan
1)
Hubungan
antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan siklus karbon dan mutlak
diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga kestabilannya.
2)
Salah satu cara untuk melihat hubungan
produsen dan konsumen dalam pemakaian dan produksi karbon dalam air dapat
dilakukan dengan uji bromtimol biru.
V.
2 Saran
Saran untuk
percobaan ini adalah mungkin praktikum akan lebih mudah jika dilakukan di
ruangan yang lebih besar dan dilengkapi dengan wastafel karena dalam percobaan
ini kita menggunakan air dalam jumlah yang relatif banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger. 1991. Biologi
Dasar.
Erlangga.
Jakarta.
Lim, D. 1998. Microbiology
Second Edition. McGraw Hill Companies. New York.
Madigan. 1997. Biology
of Microorganisms Eight Edition. Prentice Hall International Inc. New Jersey.
Pelczar. 1980. Microbiologi. McGraw Hill Company.
Tokyo.
Salisbury &
Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung
Stryer, L. 1995. Biochemistry 4. W. H. Freeman and
Company. New York.
Prawirohartono, S. 2001.
Siklus Karbon. Bumi Aksara. Jakarta.
Daniswara.2009.Produsen dan Konsumen Perairan. http//daniswara.wordpress.com. Diakses Pada tanggal 26 Maret 2012. Pukul 15.27 WITA
Pratama. 2009. Siklus Karbon. http://sebuahnama.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 26 Maret 2012. Pukul 15.21 WITA.
Rusaddy.2009. Ekosistem Perairan. http://myopera.com. Diakses pada tanggal 26 Maret 2012. Pukul 15.21
WITA.
0 komentar:
Posting Komentar