BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Keanekaragaman Jenis merupakan
variasi organisme yang ada di bumi. Jenis merupakan suatu organisme yang dapat
dikenal dari bentuk atau penampilannya dan merupakan gabungan individu yang
mampu saling kawin di antara sesamanya secara bebas (tetapi tidak
dapatmelakukannya dengan jenis lain), untuk menghasilkan keturunan yang fertil
(subur).
Jenis itu terbentuk oleh kesesuaian kandungan genetik yang mengatur sifat-sifat kebakaan dengan lingkungan tempat hidupnya. Karena lingkungan tempat hidup jenis itu beranekaragam, jenis yang dihasilkannya pasti akan beranekaragam pula (Simbolon, 2009).
Jenis itu terbentuk oleh kesesuaian kandungan genetik yang mengatur sifat-sifat kebakaan dengan lingkungan tempat hidupnya. Karena lingkungan tempat hidup jenis itu beranekaragam, jenis yang dihasilkannya pasti akan beranekaragam pula (Simbolon, 2009).
Spesies atau jenis memiliki pengertian individu yang
mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling
kawin dengan sesamanya (inter hibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang
fertil (subur) untuk melanjutkan generasinya. Keanekaragaman hayati tingkat jenis adalah keanekaragaman hayati yang
menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis. Contoh
keanekaragaman tingkat jenis adalah dalam keluarga kacang-kacangan, kacang
tanah, kacang buncis, kacang hijau, kacang kapri, dan lain-lain. Di antara
jenis kacang-kacangan tersebut walaupun ditemukan ciri khas yang sama, akan
tetapi ukuran tubuh atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji, serta
rasanya berbeda (Sofyan, 2010).
Proses terjadinya jenis, pada
umumnya berlangsung secara perlahan-lahan dan dapat memakan waktu ribuan tahun,
melalui perubahan penyesuaian atau evolusi jenis lain yang sudah ada
sebelumnya. Selanjutnya, jenis yang terjadi ini juga mempunyai peluang untuk
menjelmakan jenis-jenis yang lain (Simbolon, 2009). Maka dari itu dilakukanlah
percobaan ini.
I.2 Tujuan
Percobaan
Tujuan
dilakukannya percobaan ini adalah :
1. Untuk
mengetahui dan menentukan keanekaragaman jenis suatu komunitas dengan
berdasarkan pada Indeks Simpson dan Indeks Shannon wiener.
2. Melatih keterampilan mahasiswa
dalam menggunakan metode teknik-teknik sampling organisme dan rumus sederhana
dalam menghitung organisme dalam komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan
Keanekaragaman Jenis Dalam Komunitas
ini dilakukan
pada hari Sabtu, tanggal 21 April 2012 pukul 10.30 WITA bertempat
di Laboratrorium Biologi Dasar
Lantai 1, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin dan pengambilan data dilakukan di belakang Sience Building, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Suatu
organisme tidak dapat hidup menyendiri, tetapi harus hidup bersama-sama dengan
organisasi sejenis atau dengan yang tidak sejenis. Berbagai organisme yang
hidup di suatu tempat, baik yang besar maupun yang kecil, tergabung dalam suatu
persekutuan yang disebut komunitas biotik. Suatu komunitas biotik terikat
sebagai suatu unit oleh saling ketergantungan anggota-anggotanya. Suatu
komunitas adalah suatu unit fungsional dan mempunyai struktur yang pasti.
Tetapi srtuktur ini sangat variabel, karena jenis-jenis komponennya dapat
dipertukarkan menurut aktu dan ruang. Komunitas biotik terdiri atas kelompok
kecil, yang anggota-anggotanya lebih akrab lagi satu sama lain, sehingga
kelompok kecil itu merupakan unit ynag kohesif (Wolf, 1992).
Keanekaragaman Hayati
adalah keseluruhan variasi berupa bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang
dapat ditemukan pada makhluk hidup.
Setiap saat kita dapat menyaksikan berbagai macam makhluk hidup yang ada di sekitar kita baik di daratan maupun di perairan. Misalnya, dihalaman rumah, kebun, sawah, atau di hutan. Di tempat itu dapat kita jumpai bermacam-macam makhluk hidup mulai dari makhluk yang berukuran kecil seperti semut hingga makhluk berukuran besar seperti burung, ular, atau gajah. Mulai dari yang berwarna gelap hingga makhluk yang berwarna cerah dan menarik.
Begitu juga dengan tumbuhan, kita dapat mengamati tumbuhan didaratan atau di lautan dengan jenis, ukuran, warna dan bentuk yang beragam. Di daratan misalnya dapat kita jumpai rumput, pohon, jambu, durian, salak, apel, dan sebaainya. Di perairan terdapat rumput laut dan jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di laut.
Setiap makhluk hidup memiliki ciri dan tempat hidup yang berbda. Melalui pengamatan, kita dapat membedakan jenis-jenis makhluk hidup. Pembedaan makhluk hidup tanpa dibuat berdasarkan bentuk, ukuran, warna, tempat hidup, tingkah laku, cara berkembang biak, dan jenis makanan.
Perbedaan atau keanekaragaman hayati dapat disebabkan oleh faktor abiotik maupun oleh faktor biotik. Perbedaan keadaan udara, cuaca, tanah, kandungan air, dan intensitas cahaya matahari menyebabkan adanya perbedaan hewan dan tumbuhan yang hidup. Pada umumnya pola distribusi penyebaran tumbuhan dan hewan dikendalikan oleh faktor abiotik seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Perubahan pada faktor abiotik dapat menyebabkan organisme berkembang dan melakukan spesialisasi (Resosoedarmo, 1990).
Setiap saat kita dapat menyaksikan berbagai macam makhluk hidup yang ada di sekitar kita baik di daratan maupun di perairan. Misalnya, dihalaman rumah, kebun, sawah, atau di hutan. Di tempat itu dapat kita jumpai bermacam-macam makhluk hidup mulai dari makhluk yang berukuran kecil seperti semut hingga makhluk berukuran besar seperti burung, ular, atau gajah. Mulai dari yang berwarna gelap hingga makhluk yang berwarna cerah dan menarik.
Begitu juga dengan tumbuhan, kita dapat mengamati tumbuhan didaratan atau di lautan dengan jenis, ukuran, warna dan bentuk yang beragam. Di daratan misalnya dapat kita jumpai rumput, pohon, jambu, durian, salak, apel, dan sebaainya. Di perairan terdapat rumput laut dan jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di laut.
Setiap makhluk hidup memiliki ciri dan tempat hidup yang berbda. Melalui pengamatan, kita dapat membedakan jenis-jenis makhluk hidup. Pembedaan makhluk hidup tanpa dibuat berdasarkan bentuk, ukuran, warna, tempat hidup, tingkah laku, cara berkembang biak, dan jenis makanan.
Perbedaan atau keanekaragaman hayati dapat disebabkan oleh faktor abiotik maupun oleh faktor biotik. Perbedaan keadaan udara, cuaca, tanah, kandungan air, dan intensitas cahaya matahari menyebabkan adanya perbedaan hewan dan tumbuhan yang hidup. Pada umumnya pola distribusi penyebaran tumbuhan dan hewan dikendalikan oleh faktor abiotik seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Perubahan pada faktor abiotik dapat menyebabkan organisme berkembang dan melakukan spesialisasi (Resosoedarmo, 1990).
Selama bermiliar-miliar tahun melalui proses evolusi, telah
terbentuk jutaan jenis yang berbeda-beda. Cara proses ini berlangsung
mengakibatkan adanya keterkaitan antara jenis yang satu dengan jenis yang
lainnya. Keterkaitan inilah yang disebut kekerabatan. Keanekaragaman jenis
merupakan variasi organisme yang ada di bumi. Pembedaan
makhluk hidup tanpa dibuat berdasarkan bentuk, ukuran, warna, tempat hidup,
tingkah laku. Keanekaragaman
jenis adalah sebagai gabungan antara jumlah jenis dan jumlah individu
masing-masing jenis dalam komunitas. Bahkan secara kuantitatif keanekaragaman
jenis didefinisikan sebagai jumlah jenis yang ditemukan pada komunitas, sedang
ukurannya disebut kekayaan jenis. (Sofyan, 2010).
Keanekaragaman atau kekayaan jenis dapat diukur dengan
berbagai cara, misalnya dengan indeks keanekaragaman. Suatu tempat dikatakan
memiliki keanekaragaman jenis tinggi bila memiliki kekayaan jenis yang merata,
misalnya suatu komunitas dengan 5 jenis burung yang berjumlah 300 individu,
dengan jumlah rata-rata 60 ekor per jenis. Sedang pada komunitas lain terdapat
5 jenis burung dengan jumlah individu yang sama (300 ekor), tetapi rata-rata
untuk keempat burung yang pertama hanya 15 ekor, sedang jenis burung sisanya
240 ekor. Dari contoh tersebut komunitas yang memiliki rata-rata 60 ekor per
jenis burungnya dianggap lebih beranekaragam dibanding dengan komunitas yang
memiliki jumlah jenis yang tidak merata. (Sofyan, 2010).
Keanakaragaman jenis
menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis
(interspesies) dalam satu marga. Keanekaragaman jenis lebih mudah diamati
daripada keanekaragaman gen. perbedaan antarspesies makhluk hidup dalamsatu
marga atau genus lebih mencolok shingga lebih mudah diamati daripada perbedaan
antarindividu dalam satu spesies. Misalnya nangka, keluwih, dan sukun ketiganya
termasuk dalam genus yang sama, yaitu Arthocarpus (Resosoedarmo, 1990).
Ada enam faktor yang
menentukan perubahan keanekaragaman jenis organisme dalam satu ekosistem yaitu waktu,
heterogenitas ruang, persaingan, pemangsaan, stabilitas lingkungan dan
produktivitas.Selama kurun waktu geologis akan terjadi perubahan keadaan
lingkungan yang mengakibatkan banyak individu yang tidak dapat mempertahankan
kehidupannya, tetapi ada juga kelompok-kelompok individu yang mampu bertahan
hidup terus dalam waktu relatif lama sebagai hasil proses evolusi. Evolusi
dapat diartikan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat
populasi spesies dari waktu ke waktu berikutnya (Heddy, 1986).
Semakin lama waktu berlangsung berarti makin banyak
kesempatan bagi spesies organisme untuk beradaptasi dengan sumberdaya
lingkungan setempat bahkan kemudian mengalami spesialisasi dan pemencaran yang
pada akhirnya mempengaruhi perubahan keanekaragaman hayati. Komunitas yang
lebih tua, dan yang telah lama berkembang akan memiliki lebih banyak jenis
jasad hidup daripada komunitas muda sehingga tingkat keanekaragaman hayatinya
juga akan lebih tinggi. Meskipun demikian, faktor waktu tidak dapat berfungsi
sendiri, tetapi hanya akan berfungsi melalui satu atau lebih faktor lain dalam
mempengaruhi keanekaragaman hayati (Krebs, 1985).
Heterogenitas ruanag umunya terdapat dalam lingkungan yang
rumit. Lingkungan yang heterogen dan rumit memiliki daya dukung lebih besar
tehadap keanekaragaman organisme yang ada di dalamnya. Heterogenitas tipografik
dan mikrohabitat tampaknya lebih dulu berpengaruh pada banyaknya spesies
tumbuhan (vegetasi) yang bisa berkembang di dalamnya. Diversitas vegetasi ini
yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman herbivora maupun
komponen-komponen trofik berikutnya. Di daerah tropik keanekaragaman spesies
tumbuhan lebih tinggi daripada di subtropik, sehingga mempunyai daya dukung
yang besar terhadap keanekaragaman spesies herbivora dan karnivora serta
menyediakan relung yang lebih banyak untuk didiami organisme (Krebs, 1985).
Persaingan (kompetisi) dalam suatu komunitas dapat
dikelompokkan menjadi dua jika dilihat dari asalnya yakni persaingan yang
berasal dari dalam populasi jenis itu sediri yang disebut intraspesifik
dan persaingan yang berasal dari luar populasi tersebut yang disebut ekstraspesifik.
Proses persaingan merupakan bagian dari ko-evolusi spesies, karena strategi
spesies dalam persaingan merupakan arah seleksi spesies yang menentukan
keberhasilan spesies tersebut dalam mempertahankan suatu tingkat kerapatan
populasi tertentu dalam lingkungan hidupnya. Di daerah subtropik seleksi alam
lebih banyak ditentukan oleh kondisi lingkungan fisik yang ekstrim, sedangkan
di daerah tropik faktor utama yang mengendalikan seleksi alam adalah persaingan
antar komponen biologik. Tajamnya kompetisi di daerah tropik telah memaksa
spesies-spesies organisme yang hidup di dalamnya untuk memiliki daya adaptasi
yang tinggi (Krebs, 1985).
Keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas sangat dipengaruhi
oleh hubungan fungsional tingkat tropik atau pemangsaan. Pemangsaan dan
persaingan saling menunjang dalam mempengaruhi kenaekaragaman spesies. Turunnya
populasi inang membuat kompetisi antar sesama inang menjadi lebih longgar.
Pemangsaan besar pengaruhnya terhadap keanekaragaman spesies-spesies yang
dimangsa sedang fluktuasi keanekaragaman jenis pemangsa lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor persaingan. Efesiensi pemangsaan berpengaruh langsung
terhadap keanekaragaman jenis dengan mempertahankan monopolisasi syarat-syarat
lingkungan utama oleh suatu jenis. Selera pemangsa terhadap rasa mangsa,
kerapatan mangsa, kualitas makanan dan adanya inang alternatif (Odum, 1993).
Kondisi daerah tropik memungkinkan keberadaan hewan pemangsa dan parasit dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan di subtropik, dan aktivitasnya menekan populasi inang. Turunnya populasi inang membuat kompetisi antar sesama inang menjadi lebih longgar. Pada kondisi ini sangat mungkin terjadi pertambahan jenis inang yang lain, dan kemudian sekaligus menyebabkan bertambahnya jenis pemangsa dan parasit di dalam ekosistem tersebut (Odum, 1993)
Kondisi daerah tropik memungkinkan keberadaan hewan pemangsa dan parasit dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan di subtropik, dan aktivitasnya menekan populasi inang. Turunnya populasi inang membuat kompetisi antar sesama inang menjadi lebih longgar. Pada kondisi ini sangat mungkin terjadi pertambahan jenis inang yang lain, dan kemudian sekaligus menyebabkan bertambahnya jenis pemangsa dan parasit di dalam ekosistem tersebut (Odum, 1993)
Komunitas sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya
(radiasi matahari, curah hujan, suhu, kelembaban, salinitas, pH) yang secara
bersama-sama membentuk ekosistem. Komunitas di dalam lingkungan fisik yang
relatif stabil seperti pada hutan tropik mempunyai keanekaragaman jenis yang
lebih tinggi daripada komunitas yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik yang
tidak stabil atau sering mengalami gangguan musiman secara periodik
Lingkungan yang stabil lebih menjamin keberhasilan adaptasi suatu organisme dan lebih memungkinkan berlangsungnya evolusi daripada lingkungan yang berubah-ubah (tidak stabil) sehingga evolusi tersebut menyebabkan antara lain menyempitnya relung spesies sehingga suatu habitat dapat ditempati jasad hidup yang lebih beranekaragam (Simbolon, 2009).
Lingkungan yang stabil lebih menjamin keberhasilan adaptasi suatu organisme dan lebih memungkinkan berlangsungnya evolusi daripada lingkungan yang berubah-ubah (tidak stabil) sehingga evolusi tersebut menyebabkan antara lain menyempitnya relung spesies sehingga suatu habitat dapat ditempati jasad hidup yang lebih beranekaragam (Simbolon, 2009).
Produktivitas atau arus
energi dapat mempengaruhi keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas karena
makin besar produktivitas suatu ekosistem maka semakin tinggi keanekaragaman
jenis suatu organisme, jika keadaan semua faktor lain sama. Tingkat
produktivitas suatu ekosistem dipengaruhi oleh letak lintang geografis dan
ketinggian tempat dari permukaan laut. Ekosistem di daerah tropik mempunyai
tingkat produktivitas tinggi, dan kian menurun ke arah kutub. Begitu pula
ekosistem di dataran rendah akan mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi
dan semakin menurun ke arah dataran tinggi. Hal ini dikarenakan di daerah
tropik dan dataran rendah mempunyai iklim yang relatif lebih stabil sehingga
hanya relatif sedikit energi yang dialokasikan untuk proses pengaturan
keseimbangan. Sebaliknya cukup banyak energi yang dapat digunakan untuk
pertumbuhan dan reproduksi (Simbolon, 2009).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan
ini adalah meteran, patok, plot, dan pulpen.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan
ini adalah kertas dan tali rafia.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja dari percobaan ini adalah :
A. Metode Plot Sistematis
1. Dipilih suatu areal komunitas yang
akan diamati
2. Ditentukan ukuran petak sampel
ukuran 30 cm x 30 cm dalam areal tersebut dan letakkan petak secara sistematis.
3. Dihitung banyak tanaman dan jenisnya
yang berada di dalam daerah plot.
4. Dicatat data yang diperoleh .
5. Dilakukan 1 kali sampling dan 10
kali replikat.
B.
Metode Plot Acak
1. Ditentukan areal yang diamati.
2. Dilempar
plot berukuran 30 cm x 30 cm pada daerah yang ingin diamati vegetasinya.
3. Dihitung
baaanyak tanaman dan jenisnya yang berada di dalam daerah plot.
4. Dicatat hasil pengamatan.
5. Dilakukan 1 kali sampling dan 10 kali replikat.
DAFTAR
PUSTAKA
Heddy, Suwasono. 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.
Krebs,
C.J. 1985. Ecology. The Experimental Analisys of Distribution and Abudance.
Third Edition. Harper & Raws Publishers. New York.
Odum, Eugene. 1993. Dasar-dasar Ekolog. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta.
Wolf, L. 1992. Ekologi Umum. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Simbolon,
Arnold Alfreddy. 2009. Keanekaragaman
Hayati. http://arnold040993.
wordpress.com. Diakses pada hari Senin tanggal 16 April 2012 pukul 15.00 WITA.
Sofyan, Ahmad Cecep. 2010. Tingkat Keanekaragaman Dalam Kehidupan. http://www.sentra-edukasi.coml.
Diakses pada hari Senin tanggal 16 April 2012 pukul 15.30 WITA.
1 komentar:
Kontes Seo 2 VipQiuQiu99 akan diperpanjang dari tanggal 25 januari 2018 - 25 juni 2018, Ikuti dan Daftarkan diri Anda untuk memenangkan dan ikut menguji kemampuan SEO Anda. Siapkan website terbaik Anda untuk mengikuti kontes ini. Hadiah kontes ini adalah Rp 35.000.000,-
Tunggu apa lagi?
Kontes SEO ini akan menggunaka kata kunci (Keyword) VIPQIUQIU99.COM AGEN JUDI DOMINO ONLINE TERPERCAYA DI INDONESIA Jika Anda cukup percaya akan kemampuan SEO Anda, silahkan daftarkan web terbaik Anda SEKARANG JUGA!
CONTACT US
- Phone : 85570931456
- PIN BB : 2B48B175
- SKYPE : VIPQIUQIU99
- FACEBOOK: VIPQIUQIU99
Link: http://vipqiuqiu99seo.net
Posting Komentar