1. Kelentingan Ekosistem
Kemampuan
lingkungan untuk memperbaiki kembali komponen yang berkurang dikenal dengan
istilahkelentingan lingkungan. Kondisi lingkungan yang dapat memberikan
kehidupan bagi organisme yangmenempatinya disebut daya dukung lingkungan. Pada
ekosistem yang seimbang semua populasi secaraalamiah dibatasi oleh populasi
organisme lain, sehingga tidak ada populasi yang tumbuh tanpa batasdan
mendominasi yang lain. Setiap populasi pada ekosistem yang seimbang memiliki
kondisi maksimumdan minimum yang selalu berkaitan dengan populasi lainnya.
2. Carrying capacity
Carrying Capacity atau daya dukung lingkungan terhadap sistem
disekelilingnya merupakan istilah yang sering digunakan berkenaan dengan
bencana banjir dan kerusakan lingkungan (hutan). Jika kita menganalisa bencana
alam banjir yang terjadi baik di Indonesia maupun di manca negara (Australia
bagian Utara, dan Brazil), terdapat kesamaan, yaitu sama-sama terletak di
wilayah tropika. Kecenderungan apakah ini jika dikaitkan dengan masalah global
3. Homeostatis
Keberhasilan
suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi mencerminkan keseluruhan
toleransinya terhadap seluruh kumpulan variable lingkungan yang dihadapi
organisme tersebut. Pada banyak kasus, kemampuan untuk bertoleransi terhadap
suatu faktor tertentu bisa bergantung pada factor lain.
Pemeliharaan lingkungan internal
yang tunak dalam kedaan lingkungan eksternal yang berubah-ubah. Banyak hewan
dan tumbuhan dapat dinyatakan sebagai regulator (pengatur) yang menggunakan
mekanisme perilaku dan fisiologis untuk mencapai homeostatis untuk menghadapi
fluktuasi suhu, kelembapan, intensitas cahaya, dan konsentrasi berbagai faktor
kimiawi dalam lingkungan. Sebagai contoh, salmon Pasifik, yang menghabiskan
sebagian hidupnya di dalam air asin dan sebagian lagi di dalam air tawar,
mempertahankan suatu konsentrasi zat terlarut yang konstan di dalam darahnya
melalui mekanisme osmoregulasi.
Organisme
lain, khususnya organisme yang hidup di lingkungan yang relatif stabil,
seringkali adalah organisme conformer (penyesuai), yang memungkinkan beberapa
variasi kondisi di dalam tubuhnya sesuai dengan perubahan eksternal. Banyak
invertebrata laut, seperti kepiting laba-laba dari genus Libinia, hidup
dilingkungan dengan salinitas yang sangat stabil. Organisme ini tidak melakukan
osmoregulasi, dan jika ditempatkan dalam air dengan berbagai ragam ssalinitas,
organisme ini akan kehilangan atau mendapatkan air untuk menyesuaikaukup
ekstrem sehingga menyebabkan kematian.
Konformasi
dan regulasi merupakan dua titik ekstrem dari suatu kontinum (kesinambungan),
dan beberapa organisme adalah regulator sempurna atau konformer sempurna.
Sebagai contoh, salmon yang dijelaskan sebelumnya dapat melakukan osmoregulasi,
tetapi salmon melakukan penyesuaian dengan suhu eksternal.
Banyak
spesies adalah konformer di bawah kondisi lingkungan tertentu, tetapi dapat
melakukan regulasi sampai ke keadaan tertentu, tetapi dapat melakukan regulasi
samapi ke keadaan tertentu di bawah kondisi lingkungan yang lain. Regulasi memerlukan
pengeluaran energy, dan pada beberapa lingkungan kerugian regulasi bisa
melebihi keuntungan homeostatis itu sendiri.
4. Suksesi
Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat
dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan
sepanjang masa. Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan
dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi.
Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan
fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah
komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis).
Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi
sekunder.
A. Suksesi primer
A. Suksesi primer
Suksesi
primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan
hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas
asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya
tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai,
dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia
misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi. Contoh yang terdapat di
Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus
pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul
pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap
penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan
pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila
tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang
terbentuk karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan
membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya
Sementara
itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terns mengadakan pelapukan
lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah
menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan
belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian
pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah
ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai
klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak
mengubah ekosistem itu.
B. Suksesi Sekunder
Suksesi
sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk secara alami
maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme
sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada.
Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin
kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang
rumput dengan sengaja. Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia
antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan
kebun karet yang ditinggalkan tak terurus
5. Mekanisme Klimaks Gangguan dan
Ketidakseimbangan Ekosistem
Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan
pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah.
Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan
ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang
gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi
akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru.
Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis
sampai mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat
kita amati pada daerah yang baru saja mengalami letusan gunung berapi.
Rangkaian suksesinya sebagai berikut.
Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah
beberapa saat tanah akan ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya lumut
kerak. Tumbuhan perintis ini akan menggemburkan tanah, sehingga tanah dapat
ditumbuhi rumput-rumputan yang tahan kekeringan. Setelah rumput-rumput ini
tumbuh dengan suburnya, tanah akan makin gembur karena akar-akar rumput dapat
menembus dan melapukan tanah, juga karena rumput yang mati akan mengundang
datangnya dekomposer (pengurai) untuk menguraikan sisa tumbuhan yang mati.
Dengan semakin subur dan gemburnya tanah maka biji-biji semak yang terbawa dari
luar daerah itu akan tumbuh, sehingga proses pelapukkan akan semakin banyak.
Dengan makin gemburnya tanah, pohon-pohon akan mulai tumbuh. Kehadiran
pohon-pohon akan mendesak kehidupan rumput dan semak sehingga akhirnya tanah
akan didominasi oleh pepohonan. Sejalan dengan perubahan vegetasi, hewan-hewan
yang menghuni daerah tersebut juga mengalami perubahan tergantung pada
perubahan jenis vegetasi yang ada. Ada hewan yang datang dan ada hewan yang
pergi. Komunitas klimaks yang terbentuk dapat berupa komunitas yang homogen,
tapi dapat juga komunitas yang heterogen. Contoh komunitas klimaks homogen
adalah hutan pinus, hutan jati. Contoh komunitas klimaks yang heterogen
misalnya hutan hujan tropis.
Manusia
merupakan salah satu komponen yang dapat memengaruhi ekosistem. Manusia dapat
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan produksi komponen biotic ekosistem,
tetapi sebaliknya ulah manusia juga mengganggu keseimbangan ekosistem. Berikut
ini adalah kegiatan-kegiatan manusia yang dapat menurunkan keanekaragaman
hayati.
1.
Pembukaan hutan
Pembukaan hutan, seperti untuk lahan pertanian,
perumahan, pertambangan dan industry yang disebabkan pertambahan populasi
manusia akan berakibat terhadap keseimbangan ekosistem hutan. Penggundulan
hutan akan mengakibatkan banjir. Kegiatan pembukaan hutan akan menghilangkan
beribu-ribu spesies asli yang ada di hutan karena habitatnya telah rusak.
Contohnya, semakin langkanya jalak putih bali karena habitatnya tergusur, dan
menurunnya populasi harimau akibat habitatnya menyempit.
2. Eksploitasi
sumber daya alam hayati yang berlebihan
Pertambahan populasi manusia yang sangat cepat
mengakibatkan pengambilan sumber daya alam hayati oleh manusia dapat melebihi
batas regenerasi dan reproduksi dari organisme tersebut. Kenyataan semacam itu
menyebabkan kepunahan pada berbagai jenis makhluk hidup, sehingga menurunkan
keanekaragaman hayati. Contohnya perburuan orang utan untuk membuat obat,
gading gajah untuk dikoleksi, perburuan beruang dan ular atau buaya untuk
pembuatan tas maupun jaket kulit.
3. Pencemaran
lingkungan
Peningkatan jumlah pemukiman dan industri akan
membawa konsekuensi terciptanya limbah yang akan mencemari lingkungan baik air,
tanah atau udara. Pencemaran merupakan perubahan lingkungan akibat ulah
manusia. Perubahan lingkungan ini akan memberikan tekanan terhadap makhluk
hidup yang akan sangat membahayakan kelangsungan biodiversitas atau
keanekaragaman hayati di permukaan bumi.
4.
Perburuan Hewan secara Terus-Menerus
Banyak
kegiatan manusia yang merusak keseimbangan ekosistem misalnya penangkapan ikan
di laut dengan racun atau peledak. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya terumbu
karang. Terumbu karang merupakan tempat hidup ikan-ikan kecil yang merupakan
makanan ikan yang lebih besar. Penangkan ikan dengan kapalkapal pukat harimau
dapat menimbulkan penurunan jumlah ikan di laut. Sebab dengan pukat harimau
ikan kecil akan ikut terjaring.
Penangkapan secara liar pada beberapa hewan, seperti penyu,
cendrawasih, badak, dan harimau dapat menyebabkan hewan-hewan tersebut menjadi
langka. Manusia ada yang berburu hewan hanya untuk bersenang-senang. Juga ada
yang memanfaatkan sebagai bahan makanan, hiasan, atau pakaian
7. Kaidah-kaidah Dalam Ekosistem
1. Suatu Ekosistem diatur dan
dikendalikan secara ilmiah
2. Suatu Ekosistem
mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan berimbang. Di atas
kemampuan tersebut ekosistem tidak lagi terkendali, dengan akibat menimbulkan perubahan perubahan lingkungan atau krisis lingkungan dan tidak lagi dalam
keadaan lestari.
3. Terdapat
interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling mempengaruhi dan
bersifat timbal balik.
4. Interaksi
terjadi antara :
Komponen biotis
dengan komponen abiotis, Sesama komponen biotis, Sesama
komponen-komponen abiotis
5. Interaksi itu
senantiasa terkendali menurut suatu dinamika yang stabil, untuk suatu optimum
mengikuti setiap perubahan yang dapat ditimbulkan terhadapnya dalam ukuran
batas-batas kesanggupannya.
6. Setiap
ekosistem memiliki sifat yang khas disamping yang umum dan secara bersama-sama
dengan ekosistem lainnya mempunyai peranan terhadap ekosistem keseluruhannya .
7. Setiap
ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat, waktu dan
masing-masing membentuk basis-basis perbedaan di antara ekosistem itu sendiri
sebagai pencerminan sifat-sifat yang khas.
8. Antara satu
dengan yang lainnya, masing-masing ekosistem juga melibatkan diri untuk memilih
interaksinya pula secara tertentu.
0 komentar:
Posting Komentar