5/06/2013

Perkembangan Ekosistem


1.  Kelentingan Ekosistem
Kemampuan lingkungan untuk memperbaiki kembali komponen yang berkurang dikenal dengan istilahkelentingan lingkungan. Kondisi lingkungan yang dapat memberikan kehidupan bagi organisme yangmenempatinya disebut daya dukung lingkungan. Pada ekosistem yang seimbang semua populasi secaraalamiah dibatasi oleh populasi organisme lain, sehingga tidak ada populasi yang tumbuh tanpa batasdan mendominasi yang lain. Setiap populasi pada ekosistem yang seimbang memiliki kondisi maksimumdan minimum yang selalu berkaitan dengan populasi lainnya.
2.  Carrying capacity
Carrying Capacity atau daya dukung lingkungan terhadap sistem disekelilingnya merupakan istilah yang sering digunakan berkenaan dengan bencana banjir dan kerusakan lingkungan (hutan). Jika kita menganalisa bencana alam banjir yang terjadi baik di Indonesia maupun di manca negara (Australia bagian Utara, dan Brazil), terdapat kesamaan, yaitu sama-sama terletak di wilayah tropika. Kecenderungan apakah ini jika dikaitkan dengan masalah global
3.  Homeostatis
            Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variable lingkungan yang dihadapi organisme tersebut. Pada banyak kasus, kemampuan untuk bertoleransi terhadap suatu faktor tertentu bisa bergantung pada factor lain.
            Pemeliharaan lingkungan internal yang tunak dalam kedaan lingkungan eksternal yang berubah-ubah. Banyak hewan dan tumbuhan dapat dinyatakan sebagai regulator (pengatur) yang menggunakan mekanisme perilaku dan fisiologis untuk mencapai homeostatis untuk menghadapi fluktuasi suhu, kelembapan, intensitas cahaya, dan konsentrasi berbagai faktor kimiawi dalam lingkungan. Sebagai contoh, salmon Pasifik, yang menghabiskan sebagian hidupnya di dalam air asin dan sebagian lagi di dalam air tawar, mempertahankan suatu konsentrasi zat terlarut yang konstan di dalam darahnya melalui mekanisme osmoregulasi.
Organisme lain, khususnya organisme yang hidup di lingkungan yang relatif stabil, seringkali adalah organisme conformer (penyesuai), yang memungkinkan beberapa variasi kondisi di dalam tubuhnya sesuai dengan perubahan eksternal. Banyak invertebrata laut, seperti kepiting laba-laba dari genus Libinia, hidup dilingkungan dengan salinitas yang sangat stabil. Organisme ini tidak melakukan osmoregulasi, dan jika ditempatkan dalam air dengan berbagai ragam ssalinitas, organisme ini akan kehilangan atau mendapatkan air untuk menyesuaikaukup ekstrem sehingga menyebabkan kematian.
Konformasi dan regulasi merupakan dua titik ekstrem dari suatu kontinum (kesinambungan), dan beberapa organisme adalah regulator sempurna atau konformer sempurna. Sebagai contoh, salmon yang dijelaskan sebelumnya dapat melakukan osmoregulasi, tetapi salmon melakukan penyesuaian dengan suhu eksternal.
Banyak spesies adalah konformer di bawah kondisi lingkungan tertentu, tetapi dapat melakukan regulasi sampai ke keadaan tertentu, tetapi dapat melakukan regulasi samapi ke keadaan tertentu di bawah kondisi lingkungan yang lain. Regulasi memerlukan pengeluaran energy, dan pada beberapa lingkungan kerugian regulasi bisa melebihi keuntungan homeostatis itu sendiri.   
4.  Suksesi
Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa. Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi.
Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis). Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
A. Suksesi primer
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terns mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.

B. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja. Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus
5.   Mekanisme Klimaks Gangguan dan Ketidakseimbangan Ekosistem
Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru.  
Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati pada daerah yang baru saja mengalami letusan gunung berapi. Rangkaian suksesinya sebagai berikut.
Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa saat tanah akan ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya lumut kerak. Tumbuhan perintis ini akan menggemburkan tanah, sehingga tanah dapat ditumbuhi rumput-rumputan yang tahan kekeringan. Setelah rumput-rumput ini tumbuh dengan suburnya, tanah akan makin gembur karena akar-akar rumput dapat menembus dan melapukan tanah, juga karena rumput yang mati akan mengundang datangnya dekomposer (pengurai) untuk menguraikan sisa tumbuhan yang mati. Dengan semakin subur dan gemburnya tanah maka biji-biji semak yang terbawa dari luar daerah itu akan tumbuh, sehingga proses pelapukkan akan semakin banyak. Dengan makin gemburnya tanah, pohon-pohon akan mulai tumbuh. Kehadiran pohon-pohon akan mendesak kehidupan rumput dan semak sehingga akhirnya tanah akan didominasi oleh pepohonan. Sejalan dengan perubahan vegetasi, hewan-hewan yang menghuni daerah tersebut juga mengalami perubahan tergantung pada perubahan jenis vegetasi yang ada. Ada hewan yang datang dan ada hewan yang pergi. Komunitas klimaks yang terbentuk dapat berupa komunitas yang homogen, tapi dapat juga komunitas yang heterogen. Contoh komunitas klimaks homogen adalah hutan pinus, hutan jati. Contoh komunitas klimaks yang heterogen misalnya hutan hujan tropis.

6.   Dampak Aktivitas Manusia Terhadap Ekosistem 
Manusia merupakan salah satu komponen yang dapat memengaruhi ekosistem. Manusia dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan produksi komponen biotic ekosistem, tetapi sebaliknya ulah manusia juga mengganggu keseimbangan ekosistem. Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan manusia yang dapat menurunkan keanekaragaman hayati.

1.      Pembukaan hutan
Pembukaan hutan, seperti untuk lahan pertanian, perumahan, pertambangan dan industry yang disebabkan pertambahan populasi manusia akan berakibat terhadap keseimbangan ekosistem hutan. Penggundulan hutan akan mengakibatkan banjir. Kegiatan pembukaan hutan akan menghilangkan beribu-ribu spesies asli yang ada di hutan karena habitatnya telah rusak. Contohnya, semakin langkanya jalak putih bali karena habitatnya tergusur, dan menurunnya populasi harimau akibat habitatnya menyempit.
2.      Eksploitasi sumber daya alam hayati yang berlebihan
Pertambahan populasi manusia yang sangat cepat mengakibatkan pengambilan sumber daya alam hayati oleh manusia dapat melebihi batas regenerasi dan reproduksi dari organisme tersebut. Kenyataan semacam itu menyebabkan kepunahan pada berbagai jenis makhluk hidup, sehingga menurunkan keanekaragaman hayati. Contohnya perburuan orang utan untuk membuat obat, gading gajah untuk dikoleksi, perburuan beruang dan ular atau buaya untuk pembuatan tas maupun jaket kulit.
3.      Pencemaran lingkungan
Peningkatan jumlah pemukiman dan industri akan membawa konsekuensi terciptanya limbah yang akan mencemari lingkungan baik air, tanah atau udara. Pencemaran merupakan perubahan lingkungan akibat ulah manusia. Perubahan lingkungan ini akan memberikan tekanan terhadap makhluk hidup yang akan sangat membahayakan kelangsungan biodiversitas atau keanekaragaman hayati di permukaan bumi.
4.      Perburuan Hewan secara Terus-Menerus
Banyak kegiatan manusia yang merusak keseimbangan ekosistem misalnya penangkapan ikan di laut dengan racun atau peledak. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya terumbu karang. Terumbu karang merupakan tempat hidup ikan-ikan kecil yang merupakan makanan ikan yang lebih besar. Penangkan ikan dengan kapalkapal pukat harimau dapat menimbulkan penurunan jumlah ikan di laut. Sebab dengan pukat harimau ikan kecil akan ikut terjaring.
Penangkapan secara liar pada beberapa hewan, seperti penyu, cendrawasih, badak, dan harimau dapat menyebabkan hewan-hewan tersebut menjadi langka. Manusia ada yang berburu hewan hanya untuk bersenang-senang. Juga ada yang memanfaatkan sebagai bahan makanan, hiasan, atau pakaian
7.  Kaidah-kaidah Dalam Ekosistem
1.  Suatu Ekosistem diatur dan dikendalikan secara ilmiah
2.  Suatu Ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan berimbang. Di atas kemampuan tersebut ekosistem tidak lagi terkendali, dengan akibat menimbulkan perubahan perubahan lingkungan atau krisis lingkungan dan tidak lagi dalam keadaan lestari.
3.   Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling mempengaruhi dan bersifat timbal balik.
4.   Interaksi terjadi antara : Komponen biotis dengan komponen abiotis, Sesama komponen biotis, Sesama komponen-komponen abiotis
5.   Interaksi itu senantiasa terkendali menurut suatu dinamika yang stabil, untuk suatu optimum mengikuti setiap perubahan yang dapat ditimbulkan terhadapnya dalam ukuran batas-batas kesanggupannya.
6.   Setiap ekosistem memiliki sifat yang khas disamping yang umum dan secara bersama-sama dengan ekosistem lainnya mempunyai peranan terhadap ekosistem keseluruhannya .
7.   Setiap ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat, waktu dan masing-masing membentuk basis-basis perbedaan di antara ekosistem itu sendiri sebagai pencerminan sifat-sifat yang khas.
8.   Antara satu dengan yang lainnya, masing-masing ekosistem juga melibatkan diri untuk memilih interaksinya pula secara tertentu.

0 komentar:

Posting Komentar