5/06/2013

Sistem Integument Hewan Vertebrata


I. Sistem integument pisces
           Lapisan epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya. Epidermis merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan dan sistem somatis, mempunyai sejarah evolusi yang kompleks. Integumen sekalian hewan merupakan lapisan protektif yang menjaga lalulintas air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya secara bebas. Epidermis tidak dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh darah, keperluan metabolisme diperoleh secara difusi, karena itu kecenderungan dari sel-sel yang paling di luar untuk menjadi mati dan lepas sangat besar sekali. Epidermis bagian dalam terdapat lapisan sel yang disebut stratum germinativum (lapisan malphigi). Lapisan ini sangat giat dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan sel-sel bagian luar yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh.
               Dermis yang didalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat memiliki struktur yang lebih tebal dan sel-sel yang susunannya lebih kompak dari pada epidermis. Derivat-derivat kulit juga juga dibentuk dalam lapisan ini. Lapisan dermisi berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang bersisik, dan derivat-derivat kulit lainnya.

a.Lendir
          Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu, misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding pada saat atau keadaan normal.
b. Sisik
Pada tubuh dan ekor di epidermis terdapat sisik yang masing-masing tertanam dalam saku dermal dan tumbuh sepanjang hidup. Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid, Cosmoid, ganoid, Cycloid dan Ctenoid.
a. Sisik Placoid
Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitif yang mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri. Bagian yang lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis.

Sisik placoid
Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan derivate dari sisik.

b. Sisik Cosmoid
Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini  ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae.                           
Sisik Cosmoid
c. Sisik Ganoid
Sisik ganoid berbentuk belah ketupat dengan bagian kecil yang tertanam dalam saku dermis, permukaan sebelah luar dilapisi oleh zat ganoine, yang materialnya berupa garam-garam anorganik, kemudian lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae.                                                                                                                                                                          Sisik Ganoid        
d.Sisik Cycloid dan Ctenoid
Sisik cycloid berbentuk bulat. Pada sisik ini  akan tampak lingkaran yang berbeda-beda pada ikan yang hidup di daerah yang berempat musim. Sisik ctenoid, berbentuk bulat agak lonjong, berduri kecil-kecil pada bagian anterior, sedang pada posterior memecah diri menjadi beberapa bagian. Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat.                                     
II. System integumen amfibi
Amf ibi bernapas dengan kulitnya yang lembut dan bersih, tanpa bulu, tanpa Sisik. Kulit tersusun atas , epidermis, dan dermis yang terbagi atas jaringan lain. Pada epidermis sebelah bawah merupakan lapisan sel germ yang selalu menghasilkan lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama musim hujan di bawah lapisan jagat dibentuk lapisan jangat baru, swaktu lapisan jangat yang lama terkelupas telah ada penggantinya. Biasanya kulit jangat yang terlepas ditelan kembali.
Pada dermis terdapat jaringat ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat jaringan seperti karet busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Bagian sebelah dalam dari dermis terdapat jaringat-jaringan padat berupa jaringan ikat selanjutnya disebalh bawah jaringan dermis terdapat saraf dan pembuluh darah.
III. Sistem Integumen Reptil
Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk,terkecuali anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus, seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, ataupun berukuran besar seperti yang dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm.Beberapa bentuk sisik yang umum pada reptil adalah: sikloid(cenderung datar membundar), granular (berbingkul-bingkul), dan berlunas (memilikigigir memanjang di tengahnya, seperti lunas perahu).
Perbedaan bentuk dan komposisi sisik-sisik ini pada berbagai bagian tubuh  reptil biasa digunakan untuk mengidentif ikasispesies hewan tersebut.Integument pada reptilia umumnya juga tidak mengandungkelenjar keringat.Lapisan terluar dari integument yang menanduk tidak mengandungsel-sel saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas.Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilangapabila hewan berganti kulit. Pada Calotes (bunglon) integument mengalami modif ikasiwarna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea pigment dalam dermis yangterkumpul atau menyebar karena pengaruh yang bermacam - macam. Pada calotes(bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu dibawah kontrol system
IV. System Integumen Aves
Tubuh dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot. Dari kulit akan muncul bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh sangat resisten. Pertumbuhan serupa pada sisik reptilia. Pada mulanya bulu sebagai papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu itu melekuk kedalam pada tepinya sehingga terbentuk foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang sangat halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.
Sentral kuncup bulu itu mempunyai bagian epidermis yang lunak yang mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dalam proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi tiga macam yakni :
a.     Filoplumae, sebagai rambut yang diujungnya bercabang-cabang pendek halus (hair feather);
b.     Plumulae, berbentuk hampir sebagai filoplumae dengan perbedaan detail (down feathers);
c.      Plumae, merupakan bulu yang sempurna (contour feather).
Menurut letaknya bulu digolongkan menjadi :
a.            Tectrices, yang menutupi badan.
b.           Reetrices, yang berpangkal pada ekor, vexillumnya simetris karena berfungsi sebagai komudi.
c.             Remiges, yang terdapat pada sayap dan dibagi atas :
1.           Remiges primariae yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacapalia.
2.           Remiges secundariae yang melekatya secara cubital pada radiol ulna.
d.           Parapterum, yang menutupi daerah bahu.
e.             Ala spuria, sebagai bulu kecil yang menempel pada poluk (ibu jari).

V. Sistem Integumen Pada Mamalia
Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya. Mamalia memliki integumen yang terdiri dari tiga lapisan: paling luar adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis.
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan vaskuler. Tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri dari atas sejumlah lapisan sel yang disusun atas dua lapis yang jelas tampak, yaitu selapis lapisan tanduk dan selapis zona germinalis, epidermis tidak berisi pembuluh darah, saluran kelenjar keringat menembus epidermis dan mendampingi rambut. Sel epidermis membatasi folikel rambut, dan di atas epidermis terdapat garis lekukan yang berjalan sesuai dengan papil dermis di bawahnya. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):
1.     Stratum Komeum, terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2.     Stratum Lusidum, lapisan ini berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan, tidak tampak pada kulit tipis.
3.     Stratum Granulosum lapisan ini ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya di tengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
4.     Stratum Spinosum, pada lapisan ini terdapat berkas-berkas filamen yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan malfigi, dan juga terdapat sel langerhans.
5.        Stratum Germinativum, pada lapisan ini terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Lapisan stratum germinativum ini merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit
Dermis
Pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, folikel rambut, kelenjar keringat, syaraf dan sel fibroblast. Fibroblast ini berfungsi menghasilkan kollagen, yang sangat penting peranannya terhadap kekenyalan dan elastisitas kulit. Selain itu pada lapisan ini juga terdapat reseptor yang berfungsi untuk merasakan sensasi raba dan nyeri.
Hipodermis 
Merupakan bagian terdalam dari kulit, yang terdiri dari banyak sel lemak sehingga berfungsi sebagai bantalan terhadap cedera dan membantu dalam mempertahankan panas tubuh.

0 komentar:

Posting Komentar