Pengertian Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi adalah proses
pengeluaran zat sisa metabolisme yang sudah terakumulasi dalam tubuh agar
kesetimbangan tubuh tetap terjaga. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok
dalam homeostasis karena sistem ekskresi tersebut membuang limbah metabolisme
dan merespon terhadap ketidakseimbangan cairan tubuh dengan cara
mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sebagian besar sistem
ekskresi menghasilkan urin dengan cara menyaring filtrat yang diperoleh dari
cairan tubuh. Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya mempunyai
kemiripan fungsional.
Secara umum, sistem ekskresi
menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi cairan tubuh dan
penyulingan larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. Sistem ekskresi
pada hewan invertebrata sangat berbeda dengan sistem ekskresi pada hewan
vertebrata. Tetapi walaupun berbeda secara fungsional tetap mengeluarkan urin
dari filtrat zat-zat terlarut didalam tubuh yang tidak terpakai lagi, melalui
anus ataupun kloaka dan rectum.
Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu
melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi
sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil
pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks.
Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara
lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air
merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari
karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila
kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih
dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah.
Demikian juga H2O dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut. Amonia (NH3), hasil
pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel.
Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika
untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat
yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa
hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada
kantong empedu.
Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi
warna pada tinja dan urin. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung
nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah
dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah. Tugas pokok alat
ekskresi ialah membuang sisa metabolisme tersebut di atas walaupun alat
pengeluarannya berbeda-beda.
Beberapa istilah yang erat kaitannya
dengan ekskresi :
1.
Defekasi :
yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makana yang disebut feses. Zat yang
dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat yang
dikeluarkan meliputi zat yang tidakl diserap usus sel epitel, usus yang rusak
dan mikroba usus.
2.
Ekskresi :
yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi
tubuh.
3.
Sekresi :
yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan.
Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun genzim.
4.
Eliminasi :
yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil
(saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).
Sistem
Ekskresi pada Hewan Invertebrata
Invertebrata belum memiliki ginjal
yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya invertebrata
memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara
invertebrata satu dengan invertebrata lain nya. Alat ekskresi pada invertebrata
secara umum berupa saluran malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah
tipe yang umumnya dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata.
Berikut sistem eksresi pada hewan invertebrata, yaitu:
1.
Sistem Ekskresi pada Cacing Pipih
Proses
pengeluaran zat sisa pada cacing pipih, dilakukan melalui pembuluh
bercabang-cabang yang memanjang pada bagian samping kiri dan kanan disepanjang
tubuhnya. Setiap cabang berakhir pada sel-sel api (solenosit) yang di lengkapi
dengan silia (bulu getar) dan beberapa flagella yang gerakannya seperti gerakan
api lilin. Saluran ini disebut protonefridium. Silia pada sel api akan selalu
bergerak. Akibat gerakan silia tersebut, air atau cairan tubuh dan zat sisa
yang sudah disaring didalam sel api akan terdorong masuk ke dalam saluran
ekskresi.
Cairan
tubuh dan zat sisa kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui suatu lubang yang
disebut nefridiofor. Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk kedalam saluran
ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan
lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke air.
2.
Sistem Ekskresi pada Annelida
Cacing tanah
termasuk kedalam filum Annelida, oleh karena itu, pada setiap segmen terdapat
sepasang ginjal atau nefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan segmen
terakhir. Setiap nefridium memiliki dua lubang, lubang yang pertama berupa
corong yang terbuka dan bersilia yang disebut nefrostom (dibagian anterior) dan
terletak pada segmen yang lain. Nefrostom terdapat didalam rongga tubuh dan
berisi penuh dengan cairan.
Cairan tubuh ditarik dan diambil
oleh nefrostom, yang kemudian masuk ke dalam nefridia yang berupa pembuluh
panjang dan berliku-liku. Pada waktu cairan tubuh mengalir mengalir melalui
nefridia terjadi penyerapan kembali zat-zat yang masih bermanfaat, seperti
glukosa, air, dan ion-ion.
Kemudian zat-zat tersebut diedarkan
keseluruh kapiler sistem sirkulasi. Sedangkan sisa cairan tubuh, seperti air,
senyawa nitrogen, dan garam-garam yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan
melalui ujung nefrostom yang yang berupa lubang atau nefridiofor.
3.
Alat Ekskresi pada Belalang
Alat
ekskresi pada serangga disebut pembuluh malphigi. Pembuluh malphigi merupakan
tabung kecil dan panjang yang berfungsi sebagai sebagai alat pengeluaran
seperti ginjal pada vertebrata.
Pembuluh
malphigi terletak dalam homosal dan tergenang di dalam darah.
Bagian pangkal pembuluh malphigi melekat pada ujung
anterior dinding usus dan bagian ujungnya menuju ke homosal yang mengandung
hemolimfa. Hemolimfa merupakan darah pada invertebrata dengan sistem peredaran
darah terbuka. Pembuluh malphigi pada bagian dalam tersusun oleh selapis sel
epitel yang berperan dalam pemindahan urea, limbah nitrogen, garam-garam dan
air dari hemolimfa ke dalam rongga pembuluh.
Bahan-bahan
yang penting dan air masuk kedalam pembuluh, lalu diserap kembali secara
osmosis di rektum untuk diedarkan keseluruh tubuh oleh hemolimfa. Sebaliknya,
bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai kristal asam urat yang akan
dikeluarkan bersama feses melalui anus.
Disamping
pembuluh malphigi, terdapat trakea yang berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa
hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi sebagai
paru-paru pada invertebrata.
Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata
Sistem hewan vertebrata sudah
memiliki ginjal seperti manusia dengan struktur yang sempurna, walaupun masih
terdapat perbedaan dalam struktur dan fungsinya. Perbedaan-perbedaan ini dapat
dihubungkan dnegan lingkungan hidup hewan tersebut.
Pada vertebrata terdapat beberapa tipe ginjal,
yaitu pronefros, opistonefros, mesonefros, dan metanefros. Berikut sistem
pencernaan pada hewan vertebrata, yaitu :
1.
Sistem Ekskresi pada Pisces
Alat
ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang (opistonefros) dan
berwarna kemerah-merahan. Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan mas saluran
ginjal (kemih) menyatu dengan saluran kelenjar kelamin yang disebut saluran
urogenital. Saluran urogenital terletak dibelakang anus, sedangkan pada
beberapa jenis ikan yang lain memiliki kloaka.
Karena ikan hidup di air, ikan harus
selalu menjaga keseimbangan tekanan osmotiknya. Pada ikan yang bernafas dengan
insang, urin dikeluarkan melalui kloaka atau porus urogenitalis, dan karbon
dioksida dikeluarkan melalui insang. Pada ikan yang bernafas dengan paru-paru,
karbon dioksida dikeluarkan melalui paru-paru dan urin dikeluarkan melalui
kloaka.
Mekanisme ekskresi pada ikan yang
hidup di air tawar dan air laut berbeda. Ikan yang hidup di air tawar
mengekskresikan ammonia dan aktif menyerap oksigen melalui insang, serta
mengeluarkan urin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, ikan yang hidup dilaut
akan mengekskresikan ammonia melalui urin yang jumlahnya sedikit.
2.
Sistem Ekskresi pada Amfibi
Alat ekskresi utama pada katak
adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak dikanan dan kiri tulang
belakang. Warnanya merah kecoklatan, bentuknya memanjang dari depan ke
belakang. Zat sisa yang diambil oleh ginjal akan disalurkan melalui ureter
menuju ke kantong kemih yang berupa kantong berdinding tipis yang terbentuk
dari tonjolan dinding kloaka. Fungsinya untuk menyimpan urine sementara. Pada
katak jantan, saluran ginjal dan saluran kelaminnya menyatu, sedangkan pada
katak betina tidak.
3.
Sistem Ekskresi pada Reptil
Alat
ekskresi pada reptil berupa ginjal (metanefros) yang sudah berkembang sejak
masa fase embrio. Ginjal ini dihubungkan oleh saluran ke kantung kemih dan
langsung bermuara ke kloaka. Selain ginjal, pada reptil memiliki kelenjar kulit
yang menghasilkan asam urat tertentu yang berguna untuk mengusir musuh.
4.
Sistem Ekskresi pada Aves
Alat
ekskresi pada burung terdiri dari ginjal (metanefros), paru-paru dan kulit.
Burung memiliki sepasang ginjal yang berwarna coklat. Saluran ekskresi terdiri
dari ginjal yang menyatu dengan saluran kelamin pada bagian akhir usus
(kloaka). Burung mengekskresikan zat berupa asam urat dan garam.
Kelebihan kelarutan garam akan
mengalir ke rongga hidung dan keluar melalui nares (lubang hidung). Burung
hampir tidak memiliki kelenjar kulit, tetapi memiliki kelenjar minyak yang
terdapat pada tunggingnya. Kelenjar minyak berguna untuk meminyaki bulu-bulunya.
5.
Sistem Ekskresi pada Mamalia
Sistem
Ekskresi pada mamalia hampir sama dengan manusia tetapi sedikit berbeda karena
mamalia dipengaruhi/disebabkan oleh lingkungan tempat tinggalnya.
Manusia
memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil
metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat
makanan, misalnya: karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat
warna empedu. Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh
dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit.
Organ atau alat-alat ekskresi pada manusia terdiri dari:
1.
Paru-paru
2.
Hati,
3.
Kulit,
4.
Ginjal.
A. PARU-PARU
Paru-paru
berada di dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yang dilindungi oleh
tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kanan
yang memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir.
Paru-paru sebenarnya merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang disebut selaput pleura.
Paru-paru sebenarnya merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang disebut selaput pleura.
Fungsi
utama paru-paru adalah sebagai alat pernapasan. Akan tetapi, karma
mengekskresikan zat Sisa metabolisme maka dibahas pula dalam sistem ekskresi.
Karbon dioksida dan air hash metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat
vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru
untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau
dapat dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak
kapiler yang mempunyai selaput tipis.
Karbon
dioksida dari jaringan sebagian besar (75%) diangkut oleh plasma darah dalam
bentuk senyawa HC03, sedangkan sekitar 25% lagi diikat oleh Hb yang membentuk
karboksi hemoglobin (HbC02).
Kelainan- kelainan pada paru- paru
diantaranya adalah:
1. Asma
atau sesak nafas, yaitu kelainan yang disebabkan oleh penyumbatan saluran
pernafasan yang diantaranya disebabkan oleh alergi terhadap rambut, bulu, debu
atau tekanan psikologis.
2. Kanker
Paru-Paru, yaitu gangguan paru-paru yang disebabkan oleh kebiasaan merokok.
Penyebab lain adalah terlalu banyak menghirup debu asbes, kromium, produk
petroleum dan radiasi ionisasi. Kelainan ini mempengaruhi pertukaran gas di
paru-paru.
3. Emphysema,
adalah penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darahnya terisi udara.
B. HATI
Hati
merupakan organ homeostasis yang memainkan peranan penting dalam proses
metabolisme dalam manusia dan hewan. Hati mempunyai berbagai fungsi termasuk
menyimpan glikogen, mensintesis protein plasma, dan menyahtoksik darah. Ia
menghasilkan empedu yang penting bagi penetralan racun. Ia melaksanakan dan
mengawal berbagai fungsi biokimia dalam jumlah besar yang memerlukan tisu khas.
Istilah perobatan yang berkaitan dengan hati sering kali bermula dari perkataan
Greek bagi hati iatu hepar, menjadi hepato atau hepatic. Hati berwarna perang
kemerahan dan terletak di bawah diafragma iatu di dalam rongga abdomen.Hati
menerima makanan terlarut dalam darah apabila makanan ini tercerna dan diserap
di usus.
1. Permukaan inferior
Hati manusia dewasa mempunyai berat
antara 1.3 – 3.0 kilogram. Hati adalah organ lembut berwarna perang kemerahan.
Hati merupakan organ kedua terbesar manusia (organ terbesar adalah kulit dan
kelenjar terbesar dalam tubuh manusia.
Hati terletak di bawah diafragma di sebelah kanan badan manusia. Sebagian besar permukaan hati terletak di dalam sangkar toraks bagi melindunginya daripada kecederaan.Hati juga menjadi alas bagi pundi empedu yang menyimpan cairan hempedu.Secara anatomi, hati dapat dibagikan kepada empat lobus yaitu lobus kanan (right lobe), lobus kiri (left lobe), caudate lobe, dan quadrate lobe.
2. Mikrostruktur
Hati terletak di bawah diafragma di sebelah kanan badan manusia. Sebagian besar permukaan hati terletak di dalam sangkar toraks bagi melindunginya daripada kecederaan.Hati juga menjadi alas bagi pundi empedu yang menyimpan cairan hempedu.Secara anatomi, hati dapat dibagikan kepada empat lobus yaitu lobus kanan (right lobe), lobus kiri (left lobe), caudate lobe, dan quadrate lobe.
2. Mikrostruktur
Hati
terdiri daripada koleksi unit-unit mikroskopik yang dipanggil lobul (jangan
dikelirukan dengan lobus di atas) yang setiapnya berbentuk heksagon (secara kasar).
Lobul-lobul ini merupakan pusat pemprosesan utama bagi hati. Disinilah hati
menjalankan fungsi-fungsinya seperti menyahtoksik darah dan menghasilkan cairan
hempedu. Berikut adalah salur-salur yang berhubung dengan setiap lobul hati:
Portal
triad yang terdiri daripada 3 salur yaitu:
a. Hepatic
portal capilarry atau kapilari portal hati. Hati membawa darah dari ke vena
portal hepar lobul hati.
b. Arteri
hati yang membekalkan darah beroksigen kepada lobul-lobul hati.
c. Duktus
hempedu yang membawa cecair hempedu dari lobul ke pundi hempedu untuk disimpan.
d. Vena
hati yang membawa darah terdeoksigen dari hati,Terdapat dua vena hati iaitu
vena hati kanan dan vena hati kiri. Kedua vena ini bersambung terus dengan vena
kava inferior.
Berikut
adalah fungsi-fungsi hati:
1. Mengawal
aras glukosa darah dengan menyimpan glikogen di dalam hati.
2. Menyimpan
vitamin dan garam mineral tertentu.
3. Mengatur
metabolisme karbohidrat, lipid dan asid amino.
4. Menghasilkan
hempedu yang akan disimpan di dalam pundi hempedu.
5. Menghasilkan
protein-protein plasma tertentu seperti albumin.
6. Menghasilkan
faktor-faktor pembekuan darah I (fibrinogen), II (protrombin), V, VII, IX, X
and XI.
7. Menyahtoksik
bahan-bahan beracun terutama darah dan bahan-bahan bernitrogen seperti ammonia.
8. Sebagai
tempat penghasilan sel-sel darah merah fetus.
9. Menguraikan
molekul hemoglobin tua.
10. Menyingkirkan
hormon-hormon berlebihan.
Hati disebut juga sebagai alat ekskresi
di samping berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi
bagian dari sistem ekskresi karma menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi
merombak hemoglobin menjadi bilirubin dap biliverdin, dap setelah mengalami
oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna pada feses menjadi
kekuningan. Demikian juga kreatinin hash pemecahan protein, pembuangannya
diatur oleh hati kemudian diangkut oleh darah ke ginjal. Jika saluran empedu
tersumbat karena adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam
sistem peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning. Penderitanya
disebut mengalami sakit kuning.
C. KULIT
Seluruh
permukaan tubuh kita terbungkus oleh lapisan tipis yang sering kita sebut
kulit. Kulit merupakan benteng pertahanan tubuh kita yang utama karena berada
di lapisan anggota tubuh yang paling luar dan berhubungan langsung dengan
lingkungan sekitar.
Fungsi
kulit antara lain sebagai berikut:
1. mengeluarkan
keringat
2. pelindung
tubuh
3. menyimpan
kelebihan lemak
4. mengatur
suhu tubuh,
5. tempat
pembuatan vitamin D dari pro vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang mengandung
ultraviolet.
Proses
Pembentukan Keringat
Bila suhu tubuh kita meningkat atau
suhu udara di lingkungan kita tinggi, pembuluh-pembuluh darah di kulit akan
melebar. Hal ini mengakibatkan banyak darah yang mengalir ke daerah tersebut.
Karena pangkal kelenjar keringat berhubungan dengan pembuluh darah maka
terjadilah penyerapan air, garam dan sedikit urea oleh kelenjar keringat.
Kemudian air bersama larutannya keluar melalui pori-pori yang merupakan ujung
dari kelenjar keringat. Keringat yang keluar membawa panas tubuh, sehingga
sangat penting untuk menjaga agar suhu tubuh tetap normal.
D.
GINJAL
Dunia
kedokteran biasa menyebutnya ‘ren’ (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang
merah, berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira
11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit
ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada
bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring
darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula)
yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman)
yang didalamnya terdapat Glomerolus.
Fungsi Ginjal
1. Menyaring
dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh
2. Mengeksresikan
zat yang jumlahnya berlebihan
3. Reabsorbsi
(penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus
ginjal
4. Menjaga
keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan
zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di
sumsum tulang
Proses
Pembentukan Urine
Ginjal berperan dalam proses
pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian proses, yaitu: penyaringan,
penyerapan kembali dan augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
1. Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan
penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler
glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada
glomerulus mempermudah proses penyaringan.
Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di
dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan
di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya
zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui
peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air
terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Substansi yang masih
diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia,
obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat
dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan
menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan
lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun
bertambah, misalnya urea.
3.Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan
zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Dari
tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju
kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi
urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air
kecil. Urin akan keluar melalui uretra.
Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Kelainan Pada Ginjal
Kelainan-kelainan
pada ginjal diantaranya adalah gagal ginjal dan batu ginjal. Gagal ginjal
merupakan kelainan pada ginjal dimana ginjal sudah tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya yaitu menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa
metabolisme.
0 komentar:
Posting Komentar