BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui
pengamatan langsung. Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi
serta identifikasi vegetasi yang ada.
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.
Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan
di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta,
tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke
bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati
lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan,
setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu
yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon
atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang
berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon,
epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya (Hadisubroto, 1989). Maka dari itu
dilakukanlah percobaan ini.
I. 2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini, adalah :
1)
Untuk
mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominasi dari organisme penyusun dalam
suatu komunitas dengan menggunakan metode petak tunggal, petak ganda, line
transek dan belt transek.
2)
Melatih
keterampilan mahasiswa dalam menggunakan teknik-teknik sampling organisme dan
rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi.
I. 3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilakukan pada hari Minggu tanggal 15 April
2012 pukul 09.15 sampai 14.30 di Canopy, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vegetasi dalam
ekologi adalah
istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan.
Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati
suatu ekosistem.
Beraneka tipe hutan,
kebun, padang
rumput, dan tundra
merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu
tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (Rohman dan Sumberartha, 2001).
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan
dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan (Rohman dan Sumberatha,
2001) :
1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu
tingkat pohon dan permudaannya.
2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan
bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang
terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang
rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring (Syafei, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup
pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri
dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau
komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat
tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain (Syafei,
1990).
Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah
dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga
vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta
efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis,
metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini
hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode
intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan
berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka
garis yang digunakan akan semakin pendek. Vegetasi atau komunitas tumbuhan
merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti
hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Untuk hutan, biasanya
panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak
belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada
vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei,
1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui
variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya
menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama
sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang
terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang
tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan
panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis
yang dibuat Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang
ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman dan Sumberatha, 2001).
Sedangkan metode intersepsi titik merupakan suatu metode
analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini
tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak
pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik
tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan,
dominansi, dan frekuensi (Rohman dan Sumberatha, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur
biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam
komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai
relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan
sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama,
kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1995).
Hal yang perlu
diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh atau sampel.
Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk mendapatkan informasi atau
data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang
bersifat merusak (destructive measures) dan pengukuran yang bersifat
tidak merusak (non-destructive measures).
Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil objek hutan dengan cakupan areal yang luas. Dengan sampling, seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metoda sensus) pada anggota suatu populasi. Untuk kepentingan deskripsi vegetasi ada tiga macam parameter kuantitatif vegetasi yang sangat penting yang umumnya diukur dari suatu tipe komunitas tumbuhan yaitu kerapatan (density), frekuensi, dan cover (kelindungan) (Irwanto, 2010).
Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil objek hutan dengan cakupan areal yang luas. Dengan sampling, seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metoda sensus) pada anggota suatu populasi. Untuk kepentingan deskripsi vegetasi ada tiga macam parameter kuantitatif vegetasi yang sangat penting yang umumnya diukur dari suatu tipe komunitas tumbuhan yaitu kerapatan (density), frekuensi, dan cover (kelindungan) (Irwanto, 2010).
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis
tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha.Dalam mengukur
kerapatan biasanya muncul suatu masalah sehubungan dengan efek tepi (side
effect) dan life form (bentuk tumbuhan). Untuk mengukur kerapatan
pohon atau bentuk vegetasi lainnya yang mempunyai batang yang mudah dibedakan
antara satu dengan lainnya umumnya tidak menimbulkan kesukaran yang berarti.
Tetapi, bagi tumbuhan yang menjalar dengan tunas pada buku-bukunya dan
berrhizoma (berakar rimpang) akan timbul suatu kesukaran dalam penghitungan
individunya. Untuk mengatasi hal ini, maka kita harus membuat suatu kriteria
tersendiri tentang pengertian individu dari tipe tumbuhan tersebut.
Masalah lain yang harus diatasi adalah efek tepi dari kuadrat sehubungan dengan keberadaan sebagian suatu jenis tumbuhan yang berada di tepi kuadrat, sehingga kita harus memutuskan apakah jenis tumbuhan tersebut dianggap berada dalam kuadrat atau di luar kuadrat. Untuk mengatasi hal ini biasanya digunakan perjanjian bahwa bila > 50% dari bagian tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat, maka dianggap tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat dan tentunya barns dihitung pengukuran kerapatannya (Irwanto, 2010).
Masalah lain yang harus diatasi adalah efek tepi dari kuadrat sehubungan dengan keberadaan sebagian suatu jenis tumbuhan yang berada di tepi kuadrat, sehingga kita harus memutuskan apakah jenis tumbuhan tersebut dianggap berada dalam kuadrat atau di luar kuadrat. Untuk mengatasi hal ini biasanya digunakan perjanjian bahwa bila > 50% dari bagian tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat, maka dianggap tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat dan tentunya barns dihitung pengukuran kerapatannya (Irwanto, 2010).
Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah
petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang
dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase.
Misalnya jenis Avicennia marina (api-api) ditemukan dalam 50 petak
contoh dari 100 petak contoh yang dibuat, sehingga frekwensi jenis api-api
tersebut adalah 50/100 x 100% = 50%. Jadi dalam penentuan frekwensi ini tidak
ada counting, tetapi hanya suatu perisalahan mengenai keberadaan suatu
jenis saja (Irwanto, 2010).
Kelindungan adalah proporsi permukaan tanah
yang ditutupi oleh proyeksi tajuk tumbuhan. Oleh karena itu, kelindungan selalu
dinyatakan dalam satuan persen. Misalnya, jenis Rhizophora apiculata (bakau)
mempunyai proyeksi tajuk seluas 10 mZ dalam suatu petak contoh seluas 100 m-,
maka kelindungan jenis bakau tersebut adalah 10/100 x 100% = 10%. Jumlah total
kelindungan semua jenis tumbuhan dalam suatu komunitas tumbuhan mungkin lebih
dari 100%, karena sering proyeksi tajuk dari satu tumbuhan dengan tumbuhan
lainnya bertumpang tindih (overlapping). Sebagai pengganti dari luasan
areal tajuk, kelindungan bisa juga mengimplikasikan proyeksi basal area pada
suatu luasan permukaan tanah.dan luasannya diukur dengan planimeter atau sistem
dotgrid dengan kertas grafik (Irwanto,
2010).
Basal area ini merupakan suatu luasan areal dekat permukaan
tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal area diduga dengan
mengukur diameter batang. Dalam hal ini, pengukuran diameter umumnya dilakukan
pada ketinggian 1.30 m dari permukaan tanah (diameter setinggi data atau diameter
at breast height, DBf) (Irwanto,
2010).
BAB
III
METODE
KERJA
III.
1 Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah meteran, patok 20 buah, alat tulis menulis
serta areal yang diamati.
III.
2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu rumput dan tali rafia.
III.
3 Prosedur Kerja
A. Pengambilan Data
I.
Metode
Plot Acak Berganda
1. Ditentukan
daerah yang akan diamati oleh masing-masing kelompok.
2. Ditentukan
ukuran petak dengan melalui Kurva spesies area. Kemudian petak tersebut dibuang
ke belakang oleh praktikan tanpa melihat daerah yang akan diamati.
3. Dihitung
jenis dan jumlah rerumputan yang ada dalam petak tersebut kemudian dicatat
hasilnya.
4. Dilakukan
percobaan ini sebanyak tiga kali.
II. Metode Line Transek
1. Ditentukan
daerah yang akan diamati oleh masing-masing kelompok.
2.
Dibentangkan sepasang tali rafia
sepanjang 50 meter dengan jarak antar tali kira-kira 1 cm, dan jarak ke tanah
tidak lebih dari 10 cm.
3.
Dihitung jenis dan jumlah rerumputan
yang ada pada bagian antara kedua tali tersebut, kemudian dicatat hasilnya.
4.
Dilakukan percobaan ini sebanyak tiga
kali di lokasi yang berbeda-beda.
III.
Metode Belt Transek
1. Ditentukan
daerah yang akan diamati oleh masing-masing kelompok.
2. Dibentangkan
sepasang tali rafia sepanjang 50 meter, dengan jarak antar tali tersebut 5
meter dan jarak ke tanah kira-kira setinggi dada orang dewasa.
3. Kemudian,
dibuat petak–petak di antara tali-tali tersebut, dengan panjang 5 meter. Jadi
di dalam bentangan tali tersebut terdapat 10 petak-petak yang lebih kecil.
4. Diamati
dan dihitung jumlah pohon yang ada di dalam tiap petak-petak tersebut. Dicatat
hasilnya.
IV. Metode Loop
1. Ditentukan
daerah yang akan diamati oleh masing-masing kelompok.
2. Dibentangkan
tali sepanjang 33,3 meter, dan diberi titik pada tali tersebut tiap jarak 33,3
cm. Ditiap titik tersebut diamati tumbuhan apa yang hidup dengan menggunakan
bantuan gelas akua untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat
A. Penghitungan
Data
I.
Metode Plot Acak Berganda
1. Kerapatan
Mutlak (KM)
KM(i) = n(i) /
A
Dimana:
KM(i)
= kerapatan mutlak
n(i)
= jumlah spesies (i)
A
= total luas plot
2. Kerapatan
Relatif (KR)
KR(i) = (KM(i)
/ ∑ KM) x 100%
Dimana:
KR(i)
= kerapatan relatif spesies (i)
KM(i)
= nilai KM spesies (i)
∑
KM = jumlah KM total
3. Frekuensi
Mutlak (FM)
FM(i) = J(i) / K
Dimana:
FM(i)
= frekuensi mutlak spesies (i)
J(i)
= jumlah plot yang terisi
K
= total plot
4. Frekuensi
Relatif (FR)
FR(i) = (FM(i) / ∑ FM) x 100%
Dimana:
FR(i)
= frekuensi relatif spesies (i)
FM(i)
= frekuensi mutlak spesies (i)
∑ FM = total FM
5. Dominansi
Mutlak (DM)
DM(i) = n(i) / ∑ n
Dimana:
DM(i)
= dominansi mutlak spesies (i)
n(i)
= jumlah individu spesies (i)
∑
n = total individu
6. Dominansi
Relatif (DR)
DR(i) = (DM(i) / ∑ DM) x 100%
Dimana:
DR(i)
= dominansi relatif spesies (i)
DM(i)
= dominansi mutlak spesies (i)
∑
DM = jumlah DM total
7. Indeks
Nilai Penting (INP)
INP(i) = KR(i) + FR(i) + DR(i)
Dimana:
INP(i)
= indeks nilai penting spesies (i)
KR(i)
= kerapatan relatif spesies (i) (%)
FR(i)
= frekuensi relatif spesies (i) (%)
DR(i)
= dominansi relatif spesies (i) (%)
8. Summed
Dominance Ratio (SDR)
SDR(i) = INP(i) / 3
Dimana:
SDR(i)
= Summed Dominance Ratio spesies (i)
INP(i)
= indeks nilai penting spesies (i)
I.
Metode Line Transek
1. Kerapatan Mutlak (KM)
KM(i) = n(i) /
L
Dimana:
KM(i)
= kerapatan mutlak
n(i)
= jumlah spesies (i)
L
= total panjang tali
2. Kerapatan
Relatif (KR)
KR(i) = (KM(i)
/ ∑ KM) x 100%
Dimana:
KR(i)
= kerapatan relatif spesies (i)
KM(i)
= nilai KM spesies (i)
∑
KM = jumlah KM total
3. Frekuensi
Mutlak (FM)
FM(i) = J(i) / K
Dimana:
FM(i)
= frekuensi mutlak spesies (i)
J(i)
= jumlah plot yang terisi
K
= total plot
4. Frekuensi
Relatif (FR)
FR(i) = (FM(i) / ∑ FM) x 100%
Dimana:
FR(i)
= frekuensi relatif spesies (i)
FM(i)
= frekuensi mutlak spesies (i)
∑ FM = total FM
5. Dominansi
Mutlak (DM)
DM(i) = n(i) / ∑ n
Dimana:
DM(i)
= dominansi mutlak spesies (i)
n(i)
= jumlah individu spesies (i)
∑
n = total individu
6. Dominansi
Relatif (DR)
DR(i) = (DM(i) / ∑ DM) x 100%
Dimana:
DR(i)
= dominansi relatif spesies (i)
DM(i)
= dominansi mutlak spesies (i)
∑
DM = jumlah DM total
7. Indeks
Nilai Penting (INP)
INP(i) = KR(i) + FR(i) + DR(i)
Dimana:
INP(i)
= indeks nilai penting spesies (i)
KR(i)
= kerapatan relatif spesies (i) (%)
FR(i)
= frekuensi relatif spesies (i) (%)
DR(i)
= dominansi relatif spesies (i) (%)
8. Summed
Dominance Ratio (SDR)
SDR(i) = INP(i) / 3
Dimana:
SDR(i)
= Summed Dominance Ratio spesies (i)
INP(i) = indeks
nilai penting spesies (i)
I.
Metode Belt Transek
1. Kerapatan
Mutlak (KM)
KM(i) = n(i) /
A
Dimana:
KM(i)
= kerapatan mutlak
n(i)
= jumlah spesies (i)
A
= total luas plot
2. Kerapatan
Relatif (KR)
KR(i) = (KM(i)
/ ∑ KM) x 100%
Dimana:
KR(i)
= kerapatan relatif spesies (i)
KM(i)
= nilai KM spesies (i)
∑
KM = jumlah KM total
3. Frekuensi
Mutlak (FM)
FM(i) = J(i) / K
Dimana:
FM(i)
= frekuensi mutlak spesies (i)
J(i)
= jumlah plot yang terisi
K
= total plot
4. Frekuensi
Relatif (FR)
FR(i) = (FM(i) / ∑ FM) x 100%
Dimana:
FR(i)
= frekuensi relatif spesies (i)
FM(i)
= frekuensi mutlak spesies (i)
∑ FM = total FM
5. Basal
Area (DM) (Dominansi)
DM
= LBA / A
Dimana:
DM
= basal area
LBA
= luas basal daerah (m2) =
0,23d2
A
= luas transek (m2)
6. Dominansi
Relatif (DR)
DR(i) = (DM(i) / ∑ DM) x 100%
Dimana:
DR(i)
= dominansi relatif spesies (i)
DM(i)
= dominansi mutlak spesies (i)
∑
DM = jumlah DM total
7. Indeks
Nilai Penting (INP)
INP(i) = KR(i) + FR(i) + DR(i)
Dimana:
INP(i)
= indeks nilai penting spesies (i)
KR(i)
= kerapatan relatif spesies (i) (%)
FR(i)
= frekuensi relatif spesies (i) (%)
DR(i)
= dominansi relati spesies (i) (%)
8. Summed
Dominance Ratio (SDR)
SDR(i) = INP(i) / 3
Dimana:
SDR(i)
= Summed Dominance Ratio spesies (i)
INP(i) = indeks
nilai penting spesies (i)
I.
Metode Loop
1. Kerapatan
Mutlak (KM)
KM(i) = n(i) /
L
Dimana:
KM(i)
= kerapatan mutlak
n(i)
= jumlah spesies (i)
L
= total panjang tali
2. Kerapatan
Relatif (KR)
KR(i) = (KM(i)
/ ∑ KM) x 100%
Dimana:
KR(i)
= kerapatan relatif spesies (i)
KM(i)
= nilai KM spesies (i)
∑
KM = jumlah KM total
3. Frekuensi
Mutlak (FM)
FM(i) = J(i) / K
Dimana:
FM(i)
= frekuensi mutlak spesies (i)
J(i)
= jumlah plot yang terisi
K
= total plot
4. Frekuensi
Relatif (FR)
FR(i) = (FM(i) / ∑ FM) x 100%
Dimana:
FR(i)
= frekuensi relatif spesies (i)
FM(i)
= frekuensi mutlak spesies (i)
∑ FM = total FM
5. Dominansi
Mutlak (DM)
DM(i) = n(i) / ∑ n
Dimana:
DM(i)
= dominansi mutlak spesies (i)
n(i)
= jumlah individu spesies (i)
∑
n = total individu
6. Dominansi
Relatif (DR)
DR(i) = (DM(i) / ∑ DM) x 100%
Dimana:
DR(i)
= dominansi relatif spesies (i)
DM(i)
= dominansi mutlak spesies (i)
∑
DM = jumlah DM total
7. Indeks
Nilai Penting (INP)
INP(i) = KR(i) + FR(i) + DR(i)
Dimana:
INP(i)
= indeks nilai penting spesies (i)
KR(i)
= kerapatan relatif spesies (i) (%)
FR(i)
= frekuensi relatif spesies (i) (%)
DR(i)
= dominansi relatif spesies (i) (%)
8.
Summed Dominance Ratio (SDR)
SDR(i) = INP(i) / 3
Dimana:
SDR(i)
= Summed Dominance Ratio spesies (i)
INP(i) = indeks
nilai penting spesies (i)
DAFTAR
PUSTAKA
Hadisubroto, Tisno. 1989. Ekologi
Dasar. Deptdikbud. Jakarta.
Irwanto. 2010. Analisis Vegetasi Parameter Kuantitatif.
http://www.irwanto
shut.net. Diakses pada
hari Selasa, tanggal 18 April 2012, pukul 10.30 WITA.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi
untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press. Jakarta.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk
Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA. Malang.
Setiadi. 1984. Ekologi
Tropika. ITB. Bandung
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi
Tumbuhan. Bandung. ITB.
1 komentar:
andai ada hasil data real, akan sangat membantu
Posting Komentar