BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah
population mobility atau secara lebih khusus territorial mobility yang biasanya
mengandung makna gerak spasil, fisik dan geografis.
Ke dalamnya termasuk baik dimensi gerak penduduk permanen maupun dimensi non-permanen. Migrasi merupakan dimensi gerak penduduk permanen, sedangkan dimensi gerak penduduk non-permanen terdiri dari sirkulasi dan komunikasi (Nurhidayah, 2011).
Ke dalamnya termasuk baik dimensi gerak penduduk permanen maupun dimensi non-permanen. Migrasi merupakan dimensi gerak penduduk permanen, sedangkan dimensi gerak penduduk non-permanen terdiri dari sirkulasi dan komunikasi (Nurhidayah, 2011).
Penyebaran populasi merupakan pergerakan
individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi berperan
penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke
suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat
disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator,
pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya
(Umar, 2012).
Dalam proses
hubungan timbal balik atau interaksi ini, organisme saling mempengaruhi satu
dengan yang lain dan dengan lingkungan sekitar, begitu pula lingkungan
mempengaruhi kegiatan hidup organisme. Semua individu yang hidup dalam suatu
daerah membentuk suatu populasi. Dan beberapa populasi spesies yang cenderung
untuk hidup bersama di suatu daerah geografis tertentu membentuk suatu
komunitas ekologi dimana suatu komunitas tersebut beserta lingkungan fisik dan
kimia disekelilingnya secara bersama-sama membentuk suatu ekositem yang
dipelajari dalam ekologi (Nurhidayah, 2011).
Data yang diperoleh berupa frekuensi, kepadatan, luas
penutup, Indek Nilai Penting (INP), dan Indek Morisita. Dan di dalam pola
penyebaran secara teratur sangat jarang ditemukan berpola mengelompok. Hal
inilah yang melatarbelakangi percobaan mengenai pola penyebaran populasi dilakukan.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan
ini adalah:
1. Menentukan pola penyebaran individu
dalam populasi dengan menggunakan Indeks Mourisita.
2. Melatih keterampilan mahasiswa
dalam menerapkan
teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran
individu dalam populasi.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan
Pola Penyebaran Individu Dalam
Populasi ini dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 21 April 2012 pukul 10.30 WITA bertempat
di Laboratrorium Biologi Dasar
Lantai 1, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin dan pengambilan data dilakukan di belakang Sience Building, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengetahuan tentang populasi sebagai bagian dari pengetahuan
ekologi telah berkembang menjadi semakin luas. Dinamika populasi tampaknya
telah berkembang menjadi pengetahuan yang dapat berdiri sendiri. Dalam
perkembangannya pengetahuan itu banyak mengembangkan kaidah-kaidah matematika
terutama dalam pembahasan kepadatan dan pertumbuhan populasi. Pengembangan
kaidah-kaidah matematika itu sangat berguna untuk menentukan dan memprediksikan
pertumbuhan populasi organisme di masa yang akan datang.
Penggunaan
kaidah matematika itu tidak hanya memperhatikan pertumbuhan populasi dari satu
sisi yaitu jenis organisme yang di pelajari, tetapi juga memperhatikan adanya
pengaruh dari faktor-faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Pengetahuan
tentang dinamika populasi menyadarkan orang untuk mengendalikan populasi dari
pertumbuhan meledak ataupun punah (Nurhidayah, 2011).
Populasi juga mempunyai sejarah hidup dalam arti mereka
tumbuh, mendadakan pembedaan dan memelihara diri seperti yang di lakukan
organisme. Di samping itu populasi juga mempunyai organisasi dan struktur yang
dapat dilukiskan. Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme.
Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu
jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat
saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi
genetik, karena tempatnya terpisah. Individu- individu yang hidup disuatu
tempat tertentu dan antara sesamanya dapat melakukan perkawinan sehingga dapat
mengadakan pertukaran informasi genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang
disebut populasi (Nurhidayah, 2011).
Populasi cenderung
diatur oleh komponen-komponen fisik seperti cuaca, arus air, faktor kimia yang
membatasi pencemaran dan sebagainya dalam ekosistem yang mempunyai
keanekaragaman rendah atau dalam ekosistem yang menjadi sasaran
gangguan-gangguan luar yang tidak dapat diduga, sedangkan dalam ekosistem yang
mempunyai keanekaragaman tinggi, populasi cenderung dikendalikan secara biologi
dan seleksi alam.Faktor negatif ataupun positif bagi populasi adalah , Ketidaktergantungan pada kepadatan
(density independent), apabila pengaruhnya tidak tergantung dari besarnya
populasi. Contohnya iklim
sering kali, tetapi tidak berarti selalu. Ketergantungan pada kepadatan (density
dependent), apabila pengaruhnya pada populasi merupakan fungsi dari kepadatan.
Contohnya faktor biotik (persaingan, parasit, dan sebagainya) tetapi tidak
selalu (Odum,1993).
Dalam penyebarannya individu-individu itu dapat berada dalam kelompok-kelompok,
dan kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain. Pemisahan
kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca
yang menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling berhubungan untuk
melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-populasi yang hidup secara
terpisah ini di sebut deme. Selain itu, ada juga yang menyebutkan bahwa populasi
merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun
pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari
semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari
sifat-sifatnya (Nurhidayah, 2011).
Penyebaran populasi adalah gerakan
individu-individu atau anak-anaknya ke dalam atau ke luar populasi atau daerah
populasi. Ada tiga bentuk penyebaran populasi, yaitu emigrasi (gerakan ke luar dari satu arah),
imigrasi (gerakan ke dalam satu arah), dan migrasi (berangkat/pergi dan datang
kembali secara periodik).
Sedangkan
penyebaran organisme / individu dalam populasi (penyebaran intern) terjadi
menurut tiga pola
yaitu, random / acak, seragam
dan bergerombol.Penyebaran
secara acak relatif jarang di alam, terjadi dimana lingkungan sangat seragam
dan cenderung berkumpul,
Dapat terjadi
dimana persaingan di antara individu sangat keras dimana terdapat antagonisme
positif yang mendorong pembagian ruang yang sama.Hampir merupakan aturan jika
yang diperhatikan adlah individu-individu. Bergerombol dalam populasi sendiri
ada yang menggerombol secara acak, menggerombol seragam dan bergerombol
berkumpul
(Odum, 1993).
Dari ketiga kategori
ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati dan merupakan
gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada
tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih
lokal dan fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok.
Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan
sosial. Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan
tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap
adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak
seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael, 1994).
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami.
Yang mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat
kompetisi antara individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi
apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan
individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif
jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu
terhadap kondisi-kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses
dari perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin
ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi social yang merupakan agregasi aktif
dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti pada
berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).
Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat
pula meningkat atau menurun terus. Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus
utama ekologi populasi. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang
saling mempengaruhi, yaitu kelhiran (natality), kematian (mortality) dan
migrasi (emigrasi dan imigrasi) (Odum, 1993).
Migrasi musiman tidak hanya
memungkinkan pendudukan daerah-daerah yang akan tidak baik dalam ketiadaan
migrasi tetapi juga memungkinkan binatang-binatang memelihara laju rata-rata
kepadatan dan kegiatan yang lebih tinggi. Populasi ynag tidak bermigrasi sering
kali harus menjalani pengurangan kepadatan yang luar biasa atau melakukan
semacam bentuk dorman selama periode yang tidak baik. Orientasi dan navigasi
migrasi-migrasi jarak jauh merupakan lapangan penelitian dan teori-teori yang
sangat populer, tetapi masih sedikit yang dimengerti. Penyebaran membantu
natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud bentuk pertumbuhan dan
kepadatan populasi. Di dalam kebanyakan kasus beberapa individu atau
hasil-hasil refroduktifnya secara tetap meninggalkan atau memasuki populasi
(Odum, 1993).
Dalam mengkaji pertumbuhan populasi, beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah dalam lingkaran hidup dari organisme terdapat
fase lahir, pertumbuhan, dewasa, tua dan kemudian mati. Umur hewan
terbagi dalam tiga periode, yaitu fase preduktif,
dimana hewan mengalami pertumbuhan yang cepat tetapi belum mampu berproduksi, fase
reproduksi, dimana hewan mampu bereproduksi, fase post reproduksi, dimana hewan tidak mampu lagi
bereproduksi yaitu pada umur tua. Dengan demikian struktur umur/ratio umur dalam suatu populasi dapat
menunjukkan suatu populasi apakah sedang
mengalami pertumbuhan yang cepat, stabil, atau sedang mengalami penurunan (Setiadi,
1989).
Heddy, S. 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.
Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta.
Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Setiadi,
D.. 1989. Dasar-dasar Ekologi. Pusat
Antar Ilmu Hayat. IPB. Bogor.
Umar,
M., Ruslan. 2012. Penuntun Praktikum
Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Nurhidayah,
Evy. 2011. Pengambilan Sampel Pada
Populasi. http://evynurhida
yah.wordpress.com//.
Diakses pada hari Senin 16 April 2012 pukul 16.21 WITA
0 komentar:
Posting Komentar