BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Dalam kehidupan di bumi ini kelembaban
udara merupakan salah satu unsur penting bagi manusia, hewan dan tumbuhan.
Kelembaban udara juga menentukan bagaimana mahluk hidup tersebut dapat
beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungannya.
Kelembaban udara biasanya digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan perkembangan tumbuhan budi daya (Tatang, 2006).
Kelembaban udara biasanya digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan perkembangan tumbuhan budi daya (Tatang, 2006).
Dengan mengetahui kelembaban udara yang
ada dilingkungan tempat yang akan di tanam tumbuhan, kita dapat menentukkan
pemilihan jenis tanaman yang sesuai, misalnya tanaman bakau yang ditanam
pada daerah yang berkelembaban tinggi, bakau tersebut akan berkembang dan
berproduktifitas dengan maksimal, sebaliknya jika bakau tersebut di tanam pada
daerah yang mempunyai kelembaban yang rendah maka bakau tersebut tidak akan
berproduktifitas dan berkembang secara maksimal (Tatang, 2006).
Tingkat kelembaban sangat bervariasi,
terkadang tinggi dan tidak jarang rendah seperti contohnya jumlah vegetasi yang
memenuhi tempat tersebut contohnya saja pada hutan hujan tropis yang dikenal
sebagai daerah yang memiliki kelembaban yang relatif tinggi karena keadaan
daerah tersebut yang dipenuhi pohon-pohon pada kanopi membentuk lapisan yang
paling atas. Kanopi seringkali rapat, sehingga hanya sedikit sekali cahaya yang
masuk akibatnya udara menjadi lembab karena kurangnya memperoleh sinar
matahari, maka dari itu dilakukanlah percobaan ini (Tatang, 2006).
I. 2 Tujuan
Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu
:
1) Untuk
mengetahui perbedaan kelembaban relatif udara pada tempat / lokasi yang berbeda
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2)
Untuk melatih keterampilan mahasiswa
dalam membaca dan mengoperasikan peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban
udara relatif.
I. 3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilakukan pada hari sabtu
tanggal 17 Maret 2012 pukul 09.00 sampai 14.00 di Laboratotium Botani Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Dalam kehidupan di bumi ini kelembaban
udara merupakan salah satu unsur penting bagi manusia, hewan dan tumbuhan.
Kelembaban udara juga menentukan bagaimana mahluk hidup tersebut dapat
beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungannya.Dalam bidang pertanian
kelembaban udara biasanya digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan perkembangan
tumbuhan budi daya (Safrizal, 2008).
Dengan mengetahui kelembaban udara yang
ada dilingkungan tempat yang akan di tanam tumbuhan, kita dapat menentukkan
pemilihan jenis tanaman yang sesuai, misalnya tanaman bakau yang ditanam
pada daerah yang berkelembaban tinggi, bakau tersebut akan berkembang dan
berproduktifitas dengan maksimal, sebaliknya jika bakau tersebut di tanam pada
daerah yang mempunyai kelembaban yang rendah maka bakau tersebut tidak akan
berproduktifitas dan berkembang secara maksimal (Safrizal, 2008).
Kelembapan adalah konsentrasi uap air
di udara.
Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan
spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer.
Sebuah humidistat
digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan
sebuah pengawalembap (dehumidifier) (Suwardjo, 2008).
Dapat dianalogikan
dengan sebuah termometer dan termostat
untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan
dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut
dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada
0 °C (32 °F) (Suwardjo, 2008).
Uap air adalah suatu gas, yang tidak
dapat di lihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau
butir-butir air yang melayang-layang di udara. Kabut melayang laying
dekat permukaan tanah, kalau awan melayang- layang di angkasa. Banyaknya uap
air yang dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi
temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo,
1975).
Seperti gas-gas lainnya, uap air juga
mempunyai tekanan, yang makin lebih besar apabila temperatur naik. Tekanan tersebut dinamakan tekanan
uap. Tekanan uap adalah tekanan yang diberikan atau ditimbulkan oleh uap air
sebagai bagian dari udara pada temperatur yang tertentu. Tekanan uap itu adalah
juga bagian dari tekanan udara semuanya dapat diukur dengan milimeter air raksa
atau milibar. Jika udara pada suatu temperatur sudah kenyang (jenuh) maka
tekanan uap pada temperatur tersebut mencapai maksimum. Angka maksimum tersebut
disebut tekanan uap maksimum (Zailani, 1986).
Proses perubahan air menjadi uap air di sebut pengupan
(vaporisasi atau evaporasi). Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik
yang cukup untuk mengatasi gaya-gaya tarik yang cenderung untuk menahannya
dalam badan air diproyeksikkan melalui permukaan air. Oleh karena
energi kinetik bertambah dan tegangan permukaan berkurang ketika temperatur
naik, maka laju penguapan naik menurut temperatur. Hampir semua uap di atmosfer
adalah hasil penguapan dari permukaan air (Linsley, 1989).
Tinggi rendahnya kelembaban sangat
bervariasi di suatu tempat karena sangat bergantung pada beberapa faktor,
seperti suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantita dan kualitas penyinaran
vegetasi, dan ketersediaan air di suatu tempat (air tanah, perairan). Tempat
yang biasanya memiliki tingkat kelembaban yang tinggi adalah hutan hujan tropis
karena keadaan tempat tersebut yang didominasi oleh pohon-pohon dengan
permukaan daun yang lebar sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari ke
tempat tersebut (Ferdinand, 2007).
Beberapa prinsip yang umum digunakan
dalam pengukuran kelembaban udara yaitu metode pertambahan panjang dan berat, pada benda-benda higroskopis, serta
metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut
hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer
(Gunarsih, 1990).
Hygrometer adalah alat
untuk mengukur kelembapan udara. Biasanya ditempatkan di dalam box penyimpanan
barang yang memerlukan kelembapan yang terjaga seperti dry box penyimpanan
kamera. Keadaan ini akan mencegah pertumbuhan jamur yang menjadi musuh pada
peralatan tersebut.
Pada reed case diatas, hygrometer yang digunakan mempunyai skala dari 0 hingga 100. Kelembapan ideal berada pada nilai 40 sampai 70 (Huzaifah, 2009).
Pada reed case diatas, hygrometer yang digunakan mempunyai skala dari 0 hingga 100. Kelembapan ideal berada pada nilai 40 sampai 70 (Huzaifah, 2009).
Apabila jarum penunjuk
berada pada nilai dibawah 40, anda harus menambahkan air pada tempat yang sudah
disediakan (terletak disebelah kiri).
Hygrometer reed case sangat berguna apabila konsentrasi uap air di udara sangat
Hygrometer reed case sangat berguna apabila konsentrasi uap air di udara sangat
rendah. Hygrometer mempunyai prinsip
kerja yaitu dengan menggunakan dua thermometer. Thermometer pertama
dipergunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang kedua untuk mengukur suhu
udara jenuh/lembab (bagian bawah thermometer diliputi kain/kapas yang basah)
(Huzaifah, 2009).
Thermometer Bola
Kering: tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara yan
sebenarnya. Thermometer Bola Basah: tabung air raksa dibasahi agar suhu yang
terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap
air dapat berkondensasi (Huzaifah, 2009).
Hal-hal yang sangat
mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban dengan mempergunakan Psychrometer
ialah sifat peka, teliti dan cara membaca
thermometer-thermometer, kecepatan udara melalui Thermometer bola basah ukuran,
bentuk, bahan dan cara membasahi kain, letak bola kering atau bola basah, suhu
dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain (Huzaifah,
2009).
Hygrometer digunakan
untuk mengukur kelembaban udara relatif (RH). Proses Pengukuran. Higrometer
terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban yang satu menunjukkan
temperatur. Cara penggunaannya dengan meletakkan di tempat yang akan diukur
kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah skalanya (Huzaifah, 2009).
Skala kelembaban
biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau suhu dengan derajat celcius.Ada
bentuk higrometer lama yakni berbentuk bundar atau berupa termometer yang
dipasang didinding. Cara membacanya juga sama, bisa dilihat pada raksanya di
termometer satu yang untuk mengukur kelembaban dan satu lagi yang mengukur suhu
yang bundar yang dibaca skalanya (Huzaifah, 2009).
Perlu diperhatikan pada
saat pengukuran dengan hygrometer selama pembacaan haruslah diberi aliran udara
yang berhembus kearah alat tersebut, ini dapat dilakukan dengan mengipasi alat
tersebut dengan secarik kertas atau kipas. Sedangkan pada slink alatnya harus
diputar .Sebuah sistem kalibrasi higrometer telah dirancang dan dibuat dalam
rangka peningkatan kemampuan kalibrasi higrometer untuk menghasilkan sebuah
sistem kalibrasi yang dapat memberikan kemampuan ukur terbaik di bawah 2,5%
(Huzaifah, 2009).
Sistem yang dibangun memanfaatkan prinsip
kerja divided flow atau aliran terbagi. Pengujian dilakukan terhadap sistem
tersebut pada rentang kelembaban relative yang biasa dipakai untuk melakukan
kalibrasi, yaitu dari 10% hingga 95%. Pengukuran ketidakseragaman test chamber
telah dilakukan pada rentang kelembaban tersebut dengan menggunakan dua buah
sensor. Hasil akhir pengujian menunjukkan sistem yang dibangun mampu memberikan
kemampuan ukur terbaik masing-masing adalah 0,62% pada RH 10% dan 0,51% pada RH
60% dan 95% (Huzaifah, 2009)
Higrometer terdapat dua
skala, yang satu menunjukkan kelembaban yang satu menunjukkan temperatur. Cara
penggunaannya dengan meletakkan di tempat yang akan diukur kelembabannya,
kemudian tunggu dan bacalah skalanya. skala kelembaban biasanya ditandai dengan
huruf h dan kalau suhu dengan derajat celcius (Tim Sindikat Pendidikan, 2009).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.
1 Alat
Alat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah termometer (air raksa/alkohol), sling psychrometer,
botol air/hand sprayer, dan tabel kelembaban relatif udara
III.
2 Bahan
Bahan yang digunakan
dalam percobaan ini adalah kapas Gossypium
sp dan air.
III.
3 Prosedur Percobaan
a. Pengukuran
kelembaban udara dengan cara manual
1) Disediakan
2 buah thermometer (skala 1-100), dimana salah satu dari termometer di bagian
ujung pangkal yang mengandung air raksa / alkohol, kemudian dibalut kapas
secukupnya dan diikat dengan karet gelang.
2) Kapas
yang sudah diikat dibasahi secukupnya dengan dicelupkan ke dalam botol air atau
dengan disemprotkan dengan hand sprayer.
3) Kedua
termometer digantung (satu basah dan satu kering pada tempat yang dipilih)
sambil dikipas-kipas selama kurang lebih 3 menit.
4) Pengamatan
dilakukan setiap selang waktu 3 menit sebanyak 3 kali pada setiap tempat yang dipilih (dalam ruangan / laboratorium
botani, tempat terbuka / pelataran MIPA, dan dibawah pohon / canopy).
5) Nilai
dari hasil pembacaan pada kedua thermometer (basah dan kering) dicatat dalam
bentuk tabel.
b. Pengukuran
kelembaban udara dengan Sling Psychrometer
1) Satu
alat sling psychrometer diambil, kemudian termometer kering dan basah ditarik
keluar dari kotak skala pada alat tersebut.
2) Pada
salah satu unung termometer terdapat
sumbu yang dihubungkan antara kotak / tempat pembasahan dengan ujung
thermometer basah. Kalau sumbu tidak tersambung atau terbalut dengan salah satu
ujung thermometer, sumbu tersebut disambungkan dengan ujung thermometer basah.
3) Sumbu
tersebut dibasahi dengan air secukupnya, kemudian kotaknya ditutup.
4) Thermometer
basah dan kering diayunkan dengan cara memutar-mutarnya di udara seperti
baling-baling.
5) Pengamatan
/ pembacaan dilakukan setiap 3 menit pengayunan pada thermometer basah dan
kering, jumlah pengamatan sesuai sebanyak 3 kali, dengan interval waktu setiap
pengamatan 3 menit.
6) Tabel
hasil pembacaan dibuat pada setiap lokasi pengamatan yang berbeda.
7) Untuk
pembacaan kelembaban relative udara dapat dilakukan dengan didempetkan hasil
pembacaan skala termometer basah dan kering pada skala yang terdapat di sling
psychriometer
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.
1 Hasil
Tabel Pengamatan
TEMPAT
|
TERMOMETER BIASA
|
SLING PSYCHROMETER
|
||||
Basah
|
Kering
|
KR
|
Basah
|
Kering
|
KR
|
|
Dalam Ruangan
(Laboratorium botani)
|
24
|
41
|
20
|
29
|
27
|
83
|
25
|
41
|
28
|
29
|
27
|
83
|
|
25
|
41
|
28
|
30
|
28
|
87
|
|
Rata-rata
|
24,667
|
41
|
25,33
|
29,33
|
27,33
|
84,33
|
Di bawah pohon (Canopy)
|
30
|
29
|
94
|
29
|
30
|
94
|
29
|
30
|
94
|
28
|
32
|
78
|
|
29
|
31
|
91
|
27
|
31
|
75
|
|
Rata-rata
|
29,33
|
30
|
93
|
28
|
31
|
82,33
|
Pealataran MIPA
|
29
|
35
|
68
|
30,5
|
36
|
84
|
29,5
|
36
|
65
|
29
|
35
|
70
|
|
31
|
36
|
69
|
28
|
34
|
69
|
|
Rata-rata
|
29,83
|
35,67
|
67,33
|
29,16
|
35
|
74,33
|
IV.
2 Pembahasan
Dari pengukuran
menggunakan thermometer dan sling psychrometer di tiga tempat yang berbeda
yakni di dalam ruangan (laboratorium botani), di bawah pohon (canopy), dan di
luar ruangan (pelataran MIPA) diperoleh hasil, dengan menggunakan
termometer percobaan dalam ruangan
(laboratorium botani) dengan menggunakan termometer biasa dan menghasilkan
termometer basah menghasilkan rata-rata 24,667 dan termometer kering rata-rata
kelembapan yang diperoleh yaitu 41 dengan rata-rata kelembaban relatif 25,33
yang artinya kelembaban di tempat ini relatif rendah namun jika dilihat dari
suhu yang ditunjukkan oleh thermometer sebenarnya terjadi kesalahan karena suhu
di Makassar tidak pernah mencapai 41 derajat celcius. Pengamatan kedua
dilakukan di bawah pohon (canopy) dan rata-rata yang diperoleh dari termometer
basah yaitu termometer basah yaitu
29,33, sedangkan rata-rata yang diperoleh dari termometer kering yaitu
30 dengan rata-rata kelembaban relative pada tempat ini adalah 93 hal ini
menunjukkan bahwa kelembaban di tempat ini cukup tinggi. Pada percobaan yang
dilakukan di luar (pelataran MIPA)
diperoleh rata-rata kelembaban pada termometer basah 29,83 dan pada termometer
kering 35,67 dengan rata-rata kelembaban relatif pada tempat ini adalah 67,33
hal ini menunjukkan bahwa kelembaban di tempat ini cukup tinngi.
Sementara pengukuran
dengan menggunakan sling psychrometer percobaan dalam ruangan (laboratorium
botani) diperoleh, termometer basah menghasilkan rata-rata 29,33 dan termometer
kering rata-rata kelembapan yang diperoleh yaitu 27,33, dengan rata-rata
kelembaban relatif 84,33. Pengamatan kedua dilakukan di bawah pohon (canopy)
dan rata-rata yang diperoleh dari termometer basah yaitu 28, sedangkan rata-rata yang diperoleh dari
termometer kering yaitu 31 dengan rata-rata kelembaban relatif yaitu 82,33.
Pada percobaan yang dilakukan di luar ruangan (pelataran MIPA) diperoleh hasil,
pada termometer basah dengan rata-rata kelembaban 29,16 dan pada thermometer kering
diperoleh kelembaban dengan rata-rata 35 dan rata-rata kelembaban relatif pada
tempat ini adalah 74,33.
Dari percobaan yang
dilakukan di ketiga tempat tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa tempat
dengan kelembaban tertinggi yaitu di bawah poho (canopy). Hal ini dipengaruhi
oleh vegetasi yang berada di tempat tersebut seperti yang kita ketahui bahwa
jumlah vegetasi di suatu tempat juga mempengaruhi tingkat kelembaban di tempat
tersebut. Seperti yang diketahui bahwa di canopy didominasi oleh pohon-pohon
dengan daun yang lebar dan lebat sehingga menghalangi proses masuknya sinar
matahari sehingga tingkat penyinaran yang diterima oleh tempat tersebut juga
kurang sehingga kelembaban di tempat tersebut cukup tinggi.
BAB V
PENUTUP
V.
1 Kesimpulan
Kesimpulan yang
diperoleh dari percobaan ini adalah:
1) Kelembaban
udara dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti suhu, tekanan udara, pergerakan
angin, kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi dan ketersediaan air di
suatu tempat (air tanah, perairan).
2) Kelembaban
udara dapat diukur menggunakan Sling Psychrometer dan Hygrometer.
V.
2 Saran
Saran untuk
percobaan ini mungkin bisa lebih diperbanyak jumlah alat yang digunakan
sehingga bisa lebih mempermudah dalam pengukuran.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunarsih. 1990.
Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Hardjodinomo. 1975. Klimatologi. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Linsley K. Ray.
1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga. Jakarta.
Suwardjo. 2008. Iklim
dan Cuaca. Bumi Aksara. Jakarta.
Tatang, 2006. Ilmu Iklim dan
Pengairan. Binacipta. Bandung.
Zafrisal. 2008. Suhu dan Kelembaban. Erlangga. Jakarta.
Ferdinand. 2007. Produksi Tanaman Karet Hevea Brasiliensis
di Daerah Bercurah Tinggi di Kabupaten Bogor. http://io.ppijepang.org. Diakses pada hari Rabu tanggal 12
Maret 2012. Pukul 09.35.
Huzaifah.
2009. Kelembaban Udara. http://reflitepe08.blogspot.com Diakses pada
hari Rabu tanggal 12 Maret 2012. Pukul 09.35.
0 komentar:
Posting Komentar